Diperbarui: Diterbitkan:
Jika anda berpikir bahwa mengoleksi vinyl atau piringan hitam adalah kuno, maka anda salah. Saat ini penggemar plat atau kita sebut saja vinyl tak hanya orang tua saja, namun para remaja.
Bagi mereka ada keasyikan tersendiri dalam mengoleksi vinyl. Para kolektor mengaku bahwa ada kepuasan tersendiri yang tak bisa digambarkan saat memegang sebuah rilisan menikmati artwork dan musiknya.
Advertisement
Para kolektor pun beragam baik dari genre maupun tahun yang mereka senangi. Meski di era modern saat ini masih banyak musisi di luar negeri yang merilis dalam format vinyl. Biasanya kemasan vinyl lebih spesial (digipack, hardcase dan lainnya) dengan plat yang berwarna-warni tak hanya dominan warna hitam dan banyak bonus dan lain-lain dibandingkan rilisan CD.
Keberadaan vinyl sendiri sangatlah lama. Tercatat album pertama yang dirilis dalam format vinyl ada pada tahun 1894. Karena dianggap memudahkan para pendengarnya dalam menikmati musik idolanya, membuat perusahaan rekaman pun merilis dalam format tersebut. Rilisan vinyl ternyata juga memiliki kualitas yang bagus dan awet. Kualitas suara tak akan hilang walaupun dimakan usia.
Keberadaan vinyl di Indonesia juga sangat marak. Tak tercatat secara detil, namun saat itu banyak musisi keroncong tanah air merilis rekamannya di luar negeri. Hingga berlanjut ke masa tahun 70an, populasi musisi yang merilis dalam format vinyl sangat banyak baik single, EP ataupun LP. Keberadaan vinyl-vinyl band lama Indonesia masih bisa dilacak di jalan Surabaya, Jakarta. Miris sekali jika melihat harta karun ini terabaikan dan teronggok seperti barang bekas.
Ternyata di Indonesia sendiri memiliki tempat pressing atau cetak vinyl. Lokananta di Solo, sebuah label yang banyak memberikan sumbangsih pada musik tanah air menjadi rujukan para musisi zaman dulu di tahun 50an. Banyak yang berpendapat bahwa pressing di Lokananta memiliki kualitas terbaik. Namun sayangnya seiring zaman dan permintaan pasar yang beralih ke tape membuat perusahaan ini harus tutup.
Di era terkini yang serba digital, pamor vinyl di luar seakan tak pernah surut dan tetap memiliki penggemarnya. Sama halnya di Indonesia, setelah sekian lama meredup kini para kolektor menggeliat kembali mengumpulkan rilisan luar maupun lokal.
Tercatat di pertengahan 90an dan 2000an band lokal dari kalangan indie atau underground juga telah merilis rekamannya dalam format vinyl. Lewat jaringan pertemanan yang mereka bina, membuat para pemilik label indie di luar pun tertarik untuk merilisnya. Band-band indie seperti Domestik Doktrin, Seringai, Ghaust, Kelelawar Malam, White Shoes and The Couple Company, Superman is Dead dan masih banyak lagi lainnya telah mengukir musiknya ke dalam vinyl. Namun sayangnya dari beberapa band yang disebutkan rekamannya susah untuk di dapatkan di Indonesia. Kecuali SID yang memang dirilis oleh Sony Musica Indonesia tetapi untuk pressingnya di Amerika.
Bagi para band ada kepuasan tersendiri dengan merilis dalam format ini dan sepertinya daftar ini akan terus berlanjut dan bersanding dengan rilisan digital atau CD. (kpl/faj)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/faj)
Advertisement