Punk: Musik dan Sebuah Budaya Perlawanan

Penulis: Fajar Adhityo

Diperbarui: Diterbitkan:

Punk: Musik dan Sebuah Budaya Perlawanan Ilustrasi

KapanLagi.com - Oleh: Fajar Adhityo

Segerombol pemuda dengan rambut acak-acakan berdiri menjulang bak seorang Indian mohican dengan fashionnya yang khas tampak asyik bercengkerama bersama di sebuah pinggir jalan. Mereka seakan acuh pada orang sekitar yang melihatnya dan tak sedikit yang takut untuk melewati jalan tersebut.

Banyak orang yang selalu menafsirkan punk adalah hal yang negatif yang lantas menjadi stigma pada setiap orang. Namun di balik keseraman pakaian dan gaya mereka, sebenarnya sama saja dengan orang lainnya. Lantas apa punk itu dan kenapa orang selalu mengkonotasikan negatif?

Era 70an bisa dikatakan sebagai tonggak berdirinya punk, namun istilah punk tersebut belum tercetus pada mereka. Kemuakan mereka pada keglamoran serta komersilnya musik rock di era tersebut membuat para pemuda ini mencari tandingan sendiri. Di sinilah secara berbarengan etos DIY (Do It Yourself) muncul. Mereka memainkan musik sesuai dengan keinginan, merekam serta mendistribusikannya.

Awalnya punk sama saja dengan musik rock di tahun 70an, namun mereka menggeber musiknya 2 kali lebih cepat dan berisik. Ramones menjadi salah satu band pelopor dalam menggeber musik rock yang sangat cepat. Istilah punk sendiri saat itu belum ada, dan musik Ramones dengan cepat menyebar ke seluruh daratan Amerika karena keunikannya dan menjadi pembicaraan setiap orang yang dibuat bingung atas apa yang telah mereka lihat dan dengar.

Bak wabah, musik Ramones pun cepat menjalar bahkan hingga ke daratan Inggris. Dari negara inilah muncul sebuah band fenomenal bernama Sex Pistols yang terinspirasi dengan musik Ramones. Namun Sex Pistols lebih komplek baik dari segi musik serta dandanan.

Di sinilah istilah punk atau punk rock pun muncul sebagai penanda bahwa musik yang mereka mainkan berbeda dari rock kala itu. Dandanan yang tabrak warna serta keluar dari pakem fashion membuat para fashionista terbelalak. Bagi mereka ini suatu deklarasi anti-fashion yang merupakan salah satu pergerakan dalam punk. Selain itu lirik Sex Pistols yang secara gamblang menyoroti pemerintahan Inggris kala itu.

Ramones dan Sex Pistols berhasil mengguncangkan dunia kala itu, yang kemudian disambut oleh pemuda lainnya yang memiliki ide serupa dalam bermusik,. Tak butuh waktu lama di seluruh Inggris hingga berbagai negara di belahan dunia pun terinfeksi punk.

Semua pun merasakan dan menyuarakan hal yang sama, kemuakan terhadap pemerintahan dengan aturan dunia barunya yang banyak mengorbankan mereka yang seharusnya membutuhkan, kejahatan pemerintah yang tak pernah terungkap, muak kepada kaum glamor yang menghambur-hamburkan uangnya sementara di lain pihak banyak yang menderita. Banyak ethic ataupun threat dalam punk, seperti feminisme, anarkis dan masih banyak lagi.

Keunikan punk yang di luar pakem membuat para pemuda menyukainya dan mengikuti gayanya. Namun para orang tua pun takut dengan gaya hidup seperti ini. Sama halnya dengan pemerintah, bagi mereka punk menjadi sebuah ancaman yang akhirnya sering mengkambing-hitamkan punk kepada hal negatif agar tersudutkan.

Pun begitu setiap tahunnya banyak mereka yang terjun ke dalam punk. Hingga saat ini punk terus ada seiring zaman. Mereka bertahan dengan apa yang mereka yakini.

(kpl/faj)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/faj)

Editor:

Fajar Adhityo

Rekomendasi
Trending