Diperbarui: Diterbitkan:
Favorit saya adalah Yuka Tamada. Ya, gadis asal Makassar plus kuturunan Jepang yang mengikuti audisi di kota Kembang ini memiliki potensi menarik atensi. Yuka selalu tampil asyik tiap menyanyikan pilihan musik yang lebih dari sekedar nyentrik. Lolos audisi berkat Stevie Wonder, My Cherrie Amour, menyanyikan hits dari Florence and The Machine, kemudian melewati sulitnya ketukan Pharrell Williams di lagu Happy, dan mencerahkan kala melantunkan In A Sentimental Mood. Kontestan ini bisa dibilang paling berani.
Selain itu, ada Nowela yang seksi dengan aksen vokalnya serta gayanya yang cadel, ada juga Virzha yang tampil menggoda plus aksi panggung yang percaya diri. Lalu, ada Husein Alatas yang agressif lewat selera musik 'underground' metal dengan cengkok arab.
Ketenaran macam apa yang bisa kontestan ajang pencarian bakat dapatkan dengan selera ideal seperti itu?
Dengan, selera industri musik mainstream yang masih 'itu-itu saja', maka apa yang dilakukan Yuka, Nowela, Virzha dan Husein dengan kemampuan vokal yang luar biasa unik, bisa dibilang sebagai usaha bunuh diri di panggung populer semacam Indonesian Idol. Namun bisa jadi, mungkin cara pandang saya yang harus diputar. Bukannya mereka ini yang kita butuhkan untuk mengubah persepsi masyarakat yang mulai pesimis dengan perkembangan musik Indonesia?
Nah, hal itulah yang membuat saya berani merevisi pandangan saya tentang ajang pencarian bakat.
Drama pun sudah tidak kentara, dan wajah bukan modal utama untuk bisa bertahan. Buktinya, kontestan Ryan D Angga harus tereleminasi di minggu ke-2. Padahal, jika dibandingkan dengan kontestan pria yang ada, Ryan lah yang paling menjual. Cerita tentang motivasinya mengikuti Indonesian Idol untuk ayah yang telah tiada pun tidak jadi narasi utama. Paling tidak, drama hanya saya rasakan saat para juri berkomentar.
Saya kira saya sedang berbulan madu dengan ajang pencarian bakat. Setidaknya untuk saat ini.
Pasalnya, dari dalam hati saya; seandainya para kontestan yang benar-benar berbakat ini tidak harus lewat ajang pencarian bakat, tentunya tidak bakalan konsistensi dan potensi berkesenian seperti itu jadi sekedar sensasi belaka. Terlalu sayang jika nama mereka kemudian hilang setelah ajang ini usai, seperti yang sudah-sudah.
Advertisement
(kpl/trn)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/trn)
Advertisement