Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Konser 30 tahun KLA Project berkarya yang bertajuk Karunia Semesta bisa dibilang menjadi ajang nostalgia sekaligus reuni. Pukul 22.00 WIB, ketika babak masih setengah, Lilo mengajak dua personel lamanya naik ke atas panggung.
Mereka adalah Sisca dan Ari Burhani yang kembali bernyanyi lagu lamanya berjudul Rentang Asmara. Sisca merupakan mantan backing vokal KLA Project, sedangkan Ari merupakan mantan penabuh drumnya.
Kekompakan Katon, Lilo, dan Adi terus berlanjut. Radio, Turunlah ke Bumi, dan Dekadensi menjadi lagu medley yang diberikan spesial untuk penggemar KLA yang masih setia menonton hingga malam. Panggung juga mendadak heboh dengan Lantai Dansa yang sangat asyik untuk dibuat berjoget.
Advertisement
Perhatian kembali tertuju pada Lilo. Setelah asyik berjoget, dirinya memperkenalkan para pengiring musiknya satu persatu. Tentu, dengan ciri khasnya yang unik nan lucu saat memperkenalkan.
"Mau Yogyakarta? Abis itu pulang ya janji," ujarnya mengajak canda penonton.
KLA Project © KapanLagi.com/Bambang E Ros
Nuansa Bali mendominasi ketika Pasir Putih dibawakan. Sebelumnya, seorang penari memasuki panggung dilengkapi dengan layar LED menampilkan suasana matahari terbenam yang temaram. Kawanan penari Bali menyusul ketika lagu memasuki babak tengah dan ditutup manis dengan Katon.
KLA Project sepertinya sengaja mengangkat budaya dan musik tradisional dalam konsernya. Sebelum Bali, nuansa Sunda dan Padang lengkap dengan alat musik tradisionalnya sudah mewarnai panggung terlebih dahulu.
"Mau ngobrol dikit, banyak yang nanya, KLA bisa bertahan 30 tahun gimana sih?" tanya Adi sang keyboardist yang ditunggu-tunggu untuk bicara. Maklum saja, sepanjang pertunjukan dirinya belum bicara sebelumnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Bintang tamu ternyata masih tersisa satu. Untuk menggantikan personel KLA berganti baju dan istirahat sejenak, Is Pusakata mengambil alih panggung.
Akad miliknya dan Belahan Jiwa milik KLA Project dibawakan dengan syahdu olehnya. Ia menuturkan, Belahan Jiwa sempat menjadi lagu yang menghiasi masa-masa kehidupan kampusnya dulu di Depok.
Pertunjukan kian variatif. Setelah sebelumnya para penari dan musik tradisional, kini giliran Marching Band naik atas panggung. Barisan rapi dan tabuhan drum yang beraturan menghadirkan variasi nada yang atraktif.
Advertisement
KLA Project © KapanLagi.com/Bambang E Ros
Sekarang waktunya Yogyakarta! Lagu yang sepertinya paling dinanti ini menjadi jawaban dari keinginan kita semua. Musik lengkap dengan penari khas Yogyakarta sengaja dipadupadankan agar agar asyik disaksikan.
Setelah Yogyakarta lalu apa? Eits, pertunjukan belum selesai. Masih ada 2 lagu lagi yang ditunggu-tunggu. Yap, lagu yang identik dengan bulan merah jambu akhirnya dibawakan. Tak Bisa Pindah ke Lain Hati rasanya dapat mengisi lagi tenaga penonton di titik darah penghabisan waktu yang semakin malam.
Rupanya Tentang Kita menjadi penutup konser legendaris ini. Lagu ini tentu tidak boleh dilewatkan karena pernah menjadi hits pada masanya. Konser ditutup sekitar pukul 23.45 WIB dengan letupan confetti yang meriah. 30 tahun berkarya dengan 30 lagu dan 3 jam lebih petunjukan rasanya lebih dari cukup untuk mengenang KLA Project.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/apt/jje)
Advertisement