Diterbitkan:
Enam tahun vakum berkarya, Vertical Horizon kembali mencoba peruntungan mereka dengan merilis BURNING THE DAY, sebuah bentuk dari harapan mereka akan pasar pop/rock yang kian semu, setelah U2 yang stuck justru anehnya masih disukai, dan tentu saja over-promoted teen bublegum pop ala Jonas Brothers justru disebut rockstar.
Yang bisa diingat dari Vertical Horizon adalah dua hits single mereka, Everything You Want dan You're A God di akhir 90-an, membuktikan bahwa mereka sukses menjadi copycat Third Eye Blind dan Matchbox Twenty yang terlebih dahulu sukses memadukan riff rock dengan sentuhan aransemen pop.
Kini satu dekade setelah debut spektakulernya, Matt Scannell, Keith Kane, serta Sean Hurley berusaha merilis album pertamanya setelah enam tahun vakum, dan bisa ditebak jika hasilnya adalah sekumpulan hook yang overused, blending pop-rock yang jauh dari kesan orisinil, bahkan jika Anda jeli, ada banyak aransemen yang sebelas-duabelas dengan REM.
Afterglow misalnya, sebuah single yang seakan ingin mengulang masa-masa kejayaan airplay I'm Still Here dari album 2003 mereka,GO. Padahal album tersebut juga telah dirilis ulang pada 2005, entah sebuah strategi untuk merefresh minat fans atau hanya sebuah repetisi, yang jelas hal tersebut sangat fatal, mengingat Matt Scannell bukanlah Rob Thomas, yang akan tetap laris jika mengeluarkan solo album dengan musik persis dengan Matchbox.
Berikutnya Save Me From Myself hadir dengan aransemen rock yang solid serta menghadirkan sound yang tebal, menjadi satu-satunya single dengan warna rock di album ini. Sayangnya hal tersebut harus tertutupi oleh 'cacat' Before The Let Down yang lebih seperti mengimitasi Jack Johnson.
Sisanya, tipikal shoot-yourself-in-the-head love song khas Vertical Horizon hadir dalam Here, tak ketinggalan ballad semacam Welcome To The Bottom yang berada di track 10, serta satu-satunya lagu yang benar-benar memiliki bar guitar solo, menjadi penutup BURNING THE DAY dengan menempati track 11.
Overall, boleh jadi Vertical Horizon pernah sukses dengan mengadopsi aransemen pop-rock dengan sentuhan electric sound yang dominan, namun klise adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kreativitas dan musikalitas album ini, karena mustahil berharap dua kali Platinum akan kembali mampir layaknya Best I Ever Had. (kpl/bar)
Advertisement
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/bar)
Advertisement