Marylin Manson: 'THE HIGH END OF LOW', Ironi American Dream's

Penulis: Galih Aulia Akbar

Diterbitkan:

KapanLagi.com -
Oleh: Galih Akbar

Brian Hugh Warner adalah ironi dari tipikal aroganisme industri musik Amerika, akrab dengan imej alter egonya yang berada di antara bom sex Marylin Monroe dan serial killer psikopat Charles Manson, cukup sudah tujuh back cataloguenya memberikan warna bagi industri musik paman Sam. Sekaligus membuktikan jika Amerika memang memiliki ego terlalu besar, persis seperti dirinya sendiri.

Musikalitas pria asal Ohio ini sebenarnya pernah benar-benar moncer saat merilis EAT ME, DRINK ME di tahun 2007 lalu, saat ia telah benar-benar meninggalkan penari burlesque Dita Von Teese, setelahnya sosok Marilyn Manson nampaknya telah cukup puas dengan penjualan 44 juta kopi album secara global.

Namun, kini setelah dua tahun hiatus, tak percuma Marilyn Manson, Twiggy Ramirez, Ginger Fish, Chris Vrenna kembali dengan THE HIGH END OF LOW, bahkan bisa jadi nama terakhir yang merangkap sebagai produser berduet dengan Sean Beavan, adalah salah satu faktor kesuksesan album ke-7 band asal Florida ini, setidaknya secara musikal.

Album yang juga menjadi ajang reuni Manson dengan sang lost boy, Twiggy Ramirez ini juga menegaskan jika Marylin Manson masih berkarakter, dengan aransemen gothic-industrial rock, tentu saja riff gitar Ramirez berperan penting.

Tidak ada pesan istimewa di THE HIGH END OF LOW, hampir semua senada, masih dengan lirik sarkas serta eksplisit, sejak opening single Arma-Goddamn-Motherfuckin-Geddon yang memuntahkan desibel tinggi dan berat, potensial untuk jadi the next hits single The Beautiful People, hingga track penutup bertitel 15, semuanya apoliptikal dan disajikan selama satu jam duabelas menit.

Masalahnya, track yang menggempur telinga selama itu mungkin akan terkesan repetitif, belum lagi secara lirik, Manson rasa-rasanya masih merupakan ancaman bagi kaum konvensional. Namun, bisa jadi justru disinilah letak kejeniusannya, bukankah sama saja dengan promo gencar ala RBT band tanah air yang membosankan, namun efektif nan submisif. Intinya, Manson masih melakukan propaganda.

Simak saja track nomor 12 We're From America yang memiliki ide serupa dengan single debut albumnya, Portrait of an American Family, sama-sama mengolok-olok American dream's.

Kemudian propaganda Manson berlanjut pada Four Rusted Horses, sebuah track yang jauh dari deru shyntesizer namun mengandalkan gitar acoustic serta country riff, dilatari oleh string section yang memainkan nada #minor. Track berdurasi lima menit ini membuat Manson seakan bernyanyi dengan gaya John Denver.

Sisanya, eksperimental prog-rock I Have To Look Up Just To See Hell dan track bernuansa classic-rock ballad Running To The Edge Of The World memang membuktikan jika Marylin Manson bukan hanya kontroversial, tapi mampu menunjukkan aransemen yang kaya warna.

Overall, album ini berpotensi sukses menggeser masterpiecenya, EAT ME, DRINK ME. Dan seperti imejnya yang telah direncanakan dengan cerdik, karya Marylin Manson hampir selalu manjur. Kontroversial, submisif, dan banyak terjual, memenuhi setiap syarat kesuksesan ala American Dream's, ironis. (kpl/bar)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/bar)

Rekomendasi
Trending