Diterbitkan:
Richey Edwards memang telah hilang bak ditelan bumi sejak tahun 1995, dan telah resmi dinyatakan tewas pada 2008 lalu, namun lewat JOURNAL FOR PLAGUE LOVERS, ia kembali menghantui industri musik yang selalu disebutnya 'palsu', dengan menjadi setiap lirik dari musik Manic Street Preachers.
Sejak Nirvana merilis NEVERMIND dan Metallica melepas BLACK ALBUM di tahun 1991, maka sejak saat itulah Seattle sound serta lirik eksplisit dan semiotik tak pernah menghalangi fans di AS untuk membeli album band pujaannya, namun di daratan Britania Raya, GENERATION TERRORIST milik Manic Street Preachers lah yang sukses mengganti airplay glam-rock yang mendominasi di tahun 1992. Kini mereka kembali untuk menegaskan, jika brit-rock lebih dari sekedar konflik antara Blur dan Oasis.
James Dean Bradfield, Nicky Wire dan Sean Moore, akhirnya merilis juga full album ke-9 mereka, kali ini lengkap dengan warisan Richey Edwards yang telah lama terbengkalai. Tulisan sang mantan gitaris mereka tersebut memang memberikan kontribusi lirik yang tajam, cerdas dan politis, merentang dari budaya konsumtif dunia modern, soal kisah Marlon Brando, gaya hidup non-sense ala selebriti, hingga seputar masalah kejiwaan akut.
Dalam album yang covernya dikerjakan oleh Jenny Saville, orang yang juga menangani artwork album THE HOLLY BIBLE, album yang mengantarkan Manic sukses pada periode 1994 ini, Manic enggan merilis single yang biasanya lumrah dirilis untuk berpromosi, mereka bahkan menyebut semua tracknya adalah single itu sendiri.
Namun hal tersebut bukanlah isapan jempol belaka, setidaknya, Manic menghadirkan 13 track yang orisinil, jauh dari kesan plagiarisme yang mewabah pada industri musik global. Dibuka dengan Peeled Apples, sebuah track yang dibangun dari heavy bass line dan berisikan sampling film THE MACHINIST, film yang dibintangi Christian Bale, yang bertutur tentang betapa insomnia dan anorexia telah menjadi ekses lumrah dari dunia modern, satir-satir akan semakin menjadi ketika Anda mendengarkan isi album ini lebih dalam.
Berikutnya, lewat Jackie Collins Existential Question Time, Manic menghadirkan riff-riff british yang kental, dibalut dengan sindiran lirik cerdas, "Oh mummy what's a Sex Pistol" pada bagian reffrain, di sini mereka berkisah tentang hubungan cinta yang beda agama. Jackie Collins yang merupakan penulis novel percintaan best seller Hollywood yang selalu menjual soal perselingkuhan dan sex, membuat lagu ini memang terasa 'menampar' dan 'benar'.
This Joke Sport Reverred, bernuansakan space, disertai orkestra, serta string section yang dark, track berdurasi tiga menit ini mengupas post modernisme. Pada track yang sekaligus menjadi titel album, Journal For Plague Lovers, Manic bermain progresif melalui low frequency bass line-nya, bukan hal yang aneh mengingat kualitas Nicky Wire telah terbukti lewat album solonya. Satu hal yang patut dicatat, lagu ini terasa sangat emosional dengan lirik yang sarkastik.
Sebagai band yang lahir pada era grunge, Manic bermain bagaikan Cobain dan kawan-kawan dalam She Bathed Herself In A Bath Of Bleach. Jangan heran, karena Steve Albini tercatat sebagai produser, nama yang juga mengantarkan Nirvana merengkuh sukses dengan perubahan sound radikal di tahun 1993.
Berikutnya hadir track akustik smooth, yang menyindir penggunaan kosmetik mahal dan operasi kecantikan yang hanya berakhir menjadi penyakit, intinya adalah fake beauty, Facing Page : Top Left. Pada track nomer delapan bertitel Marlon J.D., Manic berkisah tentang Marlon Brando, sambil bereksplorasi dengan shyntesizer dan looping. Lebih pantas jadi sebuah dance anthem yang dibawakan oleh band rock.
Sebagai frontman band Wales yang besar di Inggris, James Dean Bradfield paham benar bagaimana bernyanyi seperti John Lennon, lengkap dengan tema lagu yang politis, dan beat mirip Working Class Hero. Sisanya, Anda akan menemukan musik ala Robert Smith dan The Cure dalam Pretension/Repulsion serta Virginia State Epileptic Colony, dua track yang dipenuhi lick-lick gitar dry dan cepat, dibarengi drum yang steady dan permainan piano minimalis.
Overall, harus diakui jika peran the lost Richey memang signifikan, namun butuh aransemen jenius pula untuk membuat lirik-lirik provokatifnya hidup dan sukses melalui 'encoding-decoding', dan rasa-rasanya trio Manic yang tersisa sukses melunasi 'hutang budi' mereka kepada Richey, yang bisa jadi akan menutup bab THE HOLY BIBLE Manic Street Preachers. (kpl/bar)
Advertisement
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/bar)
Advertisement