Daughtry: 'LEAVE THIS TOWN', Cita Rasa American Idol

Penulis: Galih Aulia Akbar

Diterbitkan:

KapanLagi.com -
Oleh: Galih Akbar

Saat chart Top 40 masa kini didominasi oleh mainstream hip-hop group Black Eyed Peas, pesona pop country ala gadis (benar-benar gadis) manis Taylor Swift, serta dentuman dance pop menyengat gaya Lady Gaga, rasanya musik modern rock harus rela mengalah dengan trend. Namun, jangan lupakan nama Daughtry, band yang dimotori oleh Chris Daughtry itu punya kans untuk melakukan breaktrough. Chris punya warna suara khas, musikalitas mumpuni dan tampang American Idol yang digilai kaum hawa.

LEAVE THIS TOWN yang rilis 14 Juli lalu bisa jadi adalah album penegasan eksistensi Daughtry, bahwa mereka adalah band rock-alternative yang benar-benar tahu bagaimana cara memanipulasi power chords. Simak saja track nomor tiga dan nomor lima, Every Time You Turn Around dan What I Meant To Say. Meski masih terdengar mirip Hinder, namun fans Daughtry rasanya tak akan ambil pusing.

Sebagai seorang native Amerika, Chris memang paham benar bagaimana memainkan southern rock ballad yang kental terasa di Life After You, di mana ia menulis lagu ini bersama frontmanNickelbackChad Kroeger. Sementara dalam lead single No Surprise, Chad juga sukses menjadi co-writer yang memberikan sentuhan catchy.

Berikutnya di Call My Name dan Learn A Lesson, dengan hook dan chorus yang benar-benar sing-a-long, Anda akan menyadari mengapa mereka bisa masuk ke chart Top 40. Sama persis rumusnya dengan single You Don't Belong yang jadi opening track. Meski influence Chevelle sayup-sayup terasa, namun ini adalah satu-satunya lagu di mana Chris menuliskannya sendiri. Sekaligus menegaskan bahwa ia tak lagi melirik musik pop untuk dijadikan acuannya dalam berkarya.

Belum lagi faktor dukungan dari label Radio Corporation of America(RCA) Records yang merupakan anak perusahaan Sony Music Entertainment, yang bercokol di posisi ke-3 dari market share penjualan album di se-antero bumi, dan tentunya promotional budget guarantee bagi Daughtry.

Untuk warna aransemen memang tak beda jauh dengan debut albumnya pada debut album DAUGHTRY pada 2006 silam. Deretan power ballads yang dinyanyikan Chris dengan gaya yang nyaris sama, bisa jadi merupakan cara mereka untuk membentuk imej musik di telinga publik. Walaupun jujur harus diakui, jika Anda pernah mendengar lagu-lagu Daughtry sebelumnya, maka tak akan ada sesuatu yang baru. Every single's its the same old brand new tunes.

Overall, full album ke-2 Chris Daughtry (vocal), Josh Paul (bass), Joey Barnes (drum), Brian Craddock dan Josh Steely (gitar) ini memang tak jelek. Setidaknya bukan popularitas sang vokalis yang bisa dijadikan alasan untuk membeli album berisi 12 track ini. Hanya saja, Chris Daughtry memang terlalu terekspos, seperti sandwich yang kejunya terlalu banyak. (kpl/bar)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/bar)

Rekomendasi
Trending