Diterbitkan:
Ia adalah orang yang (bersama Soundgarden) mendobrak dominasi heavy metal di awal 1990an, bahkan kabarnya tanpa dia Kurt Cobain tak pernah teken kontrak dengan label Sub Pop, dan tak akan pernah ada Nirvana. Namun setelah 19 tahun berselang, rupanya seorang founding fathers of grunge pun harus rela melakukan kompromi, itulah yang jelas terjadi saat seorang Chris Cornell merilis album solo ketiganya, SCREAM.
Album yang rilis pada 10 Maret 2009 tersebut berisikan 13 track yang seakan dipersiapkan Chris untuk mengejutkan Anda, bagaimana tidak, dari cara bernyanyi yang berubah (atau diubah), hingga pemilihan sound yang terkesan bukan hanya eksplorasi semata, SCREAM adalah rilisan Interscope yang boleh dibilang 'bukan' Chris Cornell.
Advertisement
Single pembuka yang minim improvisasi vokal khas Chris, Long Gone adalah pertanda bahwa album ini jauh dari apa yang menjadikan nama Chris Cornell menjadi besar. Single kedua yang juga sudah dirilis adalah Watch Out, sebuah track yang nyaris tanpa dasar musik yang jelas, selain permainan sampling dan loop yang mendominasi power chords gitar yang monoton, sekali lagi, 'bukan' Chris Cornell.
Kejanggalan berikutnya akan Anda temui pada track Ground Zero, sebuah lagu yang rasanya akan lebih cocok jika dinyanyikan oleh Justin Timberlake, atau Nelly Furtado, kenapa? karena paduan tempo yang rapi dari metronome looping, sampling yang (lagi-lagi) mendominasi, dan bahkan scratching turntable ala musik-musik disco 80an akan Anda temui di track dengan durasi tiga menit sembilan detik tersebut, boleh dibilang itu semua adalah resep mencipta lagu untuk musik hip-hop.
Berikutnya anda akan disuguhi oleh single yang 'menelanjangi' musikalitas Chris, Scream. Dalam single yang bertitel sama dengan judul albumnya ini, campur tangan Timothy Mosley atau lebih dikenal dengan nama beken Timbaland sebagai eksekutif produser jelas sudah terkuak. Tanpa gitar, hanya sampling, dan sound effect yang menambah kesan aneh dan dominasi sang produser.
Lagu-lagu sisanya, Part of Me, Time, Get Up, Never Far Away, Other Side Of Town, Climbing Up The Walls, jangan harapkan ada perbedaan signifikan, semuanya akan jauh menanggalkan image Chris Cornell, mulai dari penggagas Seattle sound sampai membuat Audioslaves bernuansa blues, semuanya hilang tak berbekas.
Soal musikalitas pria bernama lengkap Christopher John Boyle itu tak perlu dipertanyakan, soal olah vokal, apalagi. Namun saat kompromi pasar menjadi harga mati, adalah saat di mana seorang musisi kharismatik berada di studio yang 'salah', bersama produser yang 'salah', demi produk yang 'ramah' dipasarkan. (kpl/bar)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/bar)
Advertisement