Cokelat, Antara Evolusi Dan Revolusi Bermusik

Penulis: Maria Natalia

Diperbarui: Diterbitkan:

Cokelat, Antara Evolusi Dan Revolusi Bermusik Cokelat di Kantor KapanLagi.com, Jakarta. Foto: Ruswanto

KapanLagi.com -
Oleh: Ruswanto

Gonta-ganti personil tentunya menjadi hal yang lumrah bagi sebuah band. Namun bukanlah Cokelat namanya kalau ditinggalkan personil menjadi faktor keterpurukan dalam berkarya. Terbentuk pada 25 Juni 1996, grup musik yang mengusung musik alternatif ini adalah Namara Surtikanti atau Kikan (vokal), Ervin Syam Ilyas (drum), Ernest Fardiyan Sjarif (gitar), Febrianto Nugroho Surjono atau Ronny (bass) dan Edwin Marshal Syarif (gitar).

Namun seiring berjalannya waktu, formasi mereka pun terus berganti. Kikan, sang vokalis hengkang pada Maret 2010 dan disusul oleh Ervin dalam selang waktu yang tak lama. Jebolan Indonesian Idol 2007, Sarah Hadju pun didapuk untuk mengisi kekosongan vokal. Namun, Sarah pun tak bertahan lama. Pada 19 Desember 2011 lalu dirinya resmi mengundurkan diri. Dan kini, Cokelat pun membawa nafas baru dengan vokalis anyar, Jackline Rossy Natalia Mboeik a.k.a 'J' dan drummer muda, Otto Tri Jati Pambudi yang siap meladeni sang senior, Ernest, Edwin dan Ronny.

Inilah curhatan mereka saat menyambangi kantor KapanLagi.com® untuk memperkenalkan formasi dan lagu teranyar Betapa Aku Mencintaimu beberapa waktu lalu.


Cokelat di lantai 3 Menara Anugerah, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan
  • Gimana nih proyek terbaru?
    Ronny: Album planningnya pertengahan tahun, awalnya pingin awal tahun ini, tapi karena adanya ganti personil, yang masuk akal ya nanti pertengahan tahun. Tapi untuk single rencananya Februari nanti, tanggal 15 rencananya.
  • Edwin: Kita masih promosi keliling buat formasi baru Cokelat. Dan Jackline adalah vokalis ketiga Cokelat, insya Allah akan dengan formasi ini terus. Setelah Kikan, Sarah dan sekarang dia. Single terbaru adalah Betapa Aku Mencintaimu, penggarapannya sendiri sih belum terlalu lama, akhir Desember.

     

    • Kenapa akhirnya memilih Jackline?
      Ronny: Yang kita cari adalah yang bisa nyanyi, berpenampilan menarik, suara bagus, dan secara musikalitas oke. Apa yang kami pelajari dari formasi kemarin adalah non musikalitas, gimana effort kerjanya, menguasai konsep performance di atas panggung. Kemarin tes 24 Desember 2011 di Senayan dalam sebuah acara, di depan 10 ribu orang. Pengalaman pertama kali bersama dia sebagai uji akhir, dia oke dan respon dari orang-orang yang nonton pun bagus. Itu kami anggap sebagai pengesahan. Dari publik maupun media yang nonton kemarin.

     

    Dari 60 orang yang ikut audisi, 70% bersuara bagus dan berpenampilan bagus. Tapi ada beberapa faktor yang bisa masuk 3 besar seperti penguasaan terhadap studio tinggi, bermain-main dengan suaranya sangat bagus, dan tingkat groginya paling rendah.

     

    • Dibanding 2 vokalis yang lalu, apa kelebihan Jackline?
      Edwin: Kami gak mau bicarakan bedanya seperti apa. Tapi saat kami bersama Jackline, nyanyinya dia belum maksimal, tapi punya power yang luar biasa. Saat kita main dengan power yang tinggi, dia tetep tembus. Dan itu kami gak dapat dari 2 formasi sebelumnya, kami gak perlu nyetel alat jadi gimana gitu.

     

    Kontrol suaranya juga bagus. Kami mencari seorang penyanyi yang bagus, namun nurut ama Cokelat. Dalam artian, kami gak terlalu mencari penyanyi dengan karakter, tapi kami akan mengatur bersama gimana yang terbaik untuk Cokelat.

    Jackline sendiri menurut kami adalah penyanyi bagus yang masih berisi setengah. Jadi bisa dibentuk. Seperti Sarah itu terbentuk blues rock n roll, jd apapun lagu yang kami garap, arahnya akan ke sana. Ketika Kikan juga sama, dia karakternya anger, falset, pop alternatif banget.

    Sedangkan Jackline, bisa dibilang belum terlalu terbentuk karakternya. Jadi kami berharap dia bisa nyanyi pop, funk, rock dengan baik. Dia bisa bernyanyi apa aja dengan baik. Jackline belum punya karakter tapi punya kualitas yang bagus.

     

    • Seperti reborn, secara Cokelat udah gak manis lagi?
      Edwin: Sebenernya saat Kikan keluar, itulah reborn. Keluar dari sebagaimana biasanya kita. Keleluasaan kita dalam mengolah materi itu gak ada pantangan apapun. Saat mencari vokalis, kami juga mendapatkan drummer muda yang enerjik, yang mana kami bisa mengolah musik dengan beat-beat baru. Bersama Jackline kami menjalankan konsep yang baru tersebut.

     

    Ronny: Selama 16 tahun kami selalu berevolusi. Kita mengalami perubahan seiring dengan trend yang ada. Kita tumbuh dengan musik rock alternatif, terus masuk kemarin jamannya Melayu, sekarang dengan k-pop. Kami tetep mencoba friendly dengan trend.

    Kita gak berpatokan kalau Cokelat itu selamanya harus begini, mungkin kita gak akan jalan selama 16 tahun ini. Kalau kita tak mengikuti trend, kita bisa ditinggalkan orang sebelum sepuluh tahun. Dan saat bersama Jackline, kita juga akan tetap berevolusi. Bahkan saat dia bisa memberikan apa yang terbaik, kami akan bisa berevolusi dan gila-gilaan.

     

    • Sesiap apa J?
      Jackline: Harus siap lah ya. Karena banyak banget yang membantu dan mendukung aku. Semakin ke sini semakin nyambung ama temen-temen. Meski awalnya takut, terbebani, mikir tentu nanti akan ada kritik, dengan fans dan lain-lain. Dan modal aku yang utama adalah disiplin.

     

    Ronny: Kemarin kita sangat bermasalah dengan disiplin. Itu udah terjadi indisipliner tingkat akut, kalau misalkan kanker itu udah stadium tinggi.

     

    • Sebagai senior, berasanya seperti apa dengan suntikan dari yang muda?
      Edwin: Dengan Jackline dan Otto yang notabene lebih muda, jadi lebih update, lebih fresh, yang penting kami satu visi, bukannya kami ingin lebih baik dari formasi sebelumnya. Tapi saya bangga, Cokelat bukan dengan siapa vokalisnya, tapi ini adalah sebuah brand yaitu Cokelat. Orang kalau mau suka dengan formasi Kikan, atau Sarah, atau yang Jackline silahkan. Saya ingin fans suka dengan karya kami, bukan karena sosok individu kami.

     

     

    • Cokelat sebagai band yang perfeksionis?
      Edwin: Kita main band aja. Kalau pun terjadi detail dari musik, itu karena pengalaman. Kalau udah ngerasa sempurna, biasanya karirnya kelar. Pokoknya Cokelat selalu punya tantangan terus. Kesempurnaan kami masih jauh.

     

    Ronny: Jangan tiba-tiba karena 16 tahun kita mainnya di tembang kenangan.

     

    • Atau Cokelat cuma kejar industri musik?
      Edwin: Kalau gue bilang sih, semua band sekarang harus melek ama industri. Karena kita melihat betapa besar industri saat ini. Kalau cuman ngedepanin idealisme doang itu bukan jamanya. Tapi dengan industri semacam ini, kita harus kuat dan berkualitas. Musisi milik publik, kita harus sadar kalau kita adalah milik industri juga.

     

     

    • Kenapa lagu Vagetoz yang direcycle?
      Ronny: Kita pingin coba lagu orang dengan warna Cokelat. Ini juga gak pertama kali, sebelumnya lagunya Ian Antono, Uang, juga pernah kami daur ulang. Kalau masalah daur ulang, kita sih santai aja, Aerosmith bawain lagu Don't Wanna Miss A Thing aja kan bukan lagu asli dia. Tapi itu sangat melegenda, dengan nama Aerosmith. Kenapa kita gak bisa.

     

     

    • Gak ngerasa downgrade?
      Ronny: Kalau kita punya pemikiran seperti itu, berarti kita udah mendiskreditkan karya orang lain. Kalau lagu enak, kemasan dangdut atau yang lain pun akan tetap terasa enak.

     

    Makanya kami gak rendah diri bawain lagu Vagetoz, malah kami bakalan ngerasa rendah diri kalau bawain lagunya Metallica. Soalnya kami pasti gak bisa..hahaha.

     

    • Edwin: Kalau di tangan Cokelat pasti upgrade lah. Karena ini cuman masalah trend.

     

    Ini juga tantangan dari label buat ngobrak-ngabrik sebuah lagu menjadi warna Cokelat. Banyak orang yang me-recycle cuman lagu-lagu lama, dan saya bosan dengan itu. Kesannya lagu bagus itu hanya lagu-lagu lama. Jaman dulu ama sekarang itu kan beda, challenge-nya kan lebih besar yang sekarang.

     

    • Kalau album sendiri?
      Ronny: 10 lagu yang disiapkan. Tanpa Rasa dan Drama rencananya juga akan dimasukkan tapi dengan take vokal Jackline.

     

     

    • Sekarang boyband sedang marak, menurut kalian?
      Edwin: Tetep optimis, karena brand ini udah kuat. Sejauh kami masih terus termotivasi, kami akan terus bisa optimis. Boyband adalah musik yang positif menurut kami, namun Cokelat akan terus membawakan lagu Cokelat.

     

     

    • Dari sekian banyak album, karya yang paling bagus, dan Cokelat banget?
      Ronny: Yang paling Cokelat banget adalah yang belum dirilis. Karena kami akan terus punya obsesi untuk terus bagus berkarya.

     

     

    • Cokelat sudah 16 tahun, cita-cita selanjutnya?
      Edwin: Banyak banget yang punya pengalaman di atas kami, seperti Slank, GIGI, Ahmad Dhani bersama Dewa-nya. Mereka masih punya fans yang banyak dan loyal. Dan kami ingin bisa seperti mereka, bahkan pingin lebih dari mereka saat usia band kami seperti mereka. Kami ingin tetep berkarya dan menginspirasi orang.

     

     

    10 KATA KUNCI

  • Facebook?
    Ronny: Update Status.

 

  • Bete?
    Edwin: Macet.

 

 

  • Banjir?
    Jackline: Renang.
    Edwin: Penyakit.

 

 

  • 2012?
    Ronny: Kiamat.
    Jackline: Bersinar.
    Edwin: Semangat.

 

 

  • Metallica?
    Jackline: Enter Sandman.
    Edwin: Band papan atas.

 

 

  • Mellow?
    Ronny: Kangen band.
    Edwin: Indonesia.
    Otto: Glenn Fredly.

 

 

  • Jakarta?
    Semuanya: Macet.

 

 

  • Jambul?
    Jackline: Syahrini.

 

 

  • Galau?
    Edwin: Curhat.
    Ronny: Labil.

 

 

  • Hijau?
    Jackline: Daun, eh jalan terus lah kalau hijau.
    Edwin: Sehat, alami, natural.

 

 

Cokelat Hadir di Kantor KapanLagi:

CokelatCokelat
CokelatCokelat
(kpl/ato/nat)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/ato/nat)

Editor:

Maria Natalia

Rekomendasi
Trending