Diperbarui: Diterbitkan:
Sebelum Java Jazz Festival 2013 dimulai pada Jumat, 1 Maret 2013, nama Jimmy Cliff sudah sangat mencuri perhatian. Yang pertama, nama ini bukan dari scene jazz, justru berseberangan.
Jimmy adalah seorang legenda musik Jamaika. Harus diingat, reggae merupakan turunan dari ska, dan pria kelahiran tahun 1948 ini berperan besar dalam perkembangan kedua musik dansa tersebut. Kalau kamu belum pernah mendengar nama Jimmy Cliff, maka sudah saatnya kamu tahu, Jamaika tak melulu soal Bob Marley.
Tak hanya bernyanyi, Jimmy juga seorang aktor. Dia berperan dalam film legendaris THE HARDER THEY COME (1972), yang melahirkan lagu soundtrack The Harder They Come. Yang jadi catatan khusus, dia adalah satu-satunya penerima Order of Merit dari pemerintah Jamaika yang masih hidup. Garisbawahi itu, satu-satunya yang masih bernafas. Order of Merit adalah penghargaan tertinggi di Jamaika yang diberikan berdasarkan dedikasi seseorang terhadap negara dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan.
video: @mrdianpattinama
Advertisement
Beberapa tahun lalu, Jimmy sempat mengundang kontroversi, ketika dia berpindah kewarganegaraan ke Inggris. Dalam sebuah pertandingan sepak bola antara Inggris dan Jamaika di Inggris, dia menyanyikan lagu kebangsaan milik negara barunya. Tak ayal, keputusan ini menuai protes dan hujatan dari masyarakat Jamaika.
Tidak butuh waktu lama untuk menjadikan show Jimmy sebagai prioritas hari pertama perhelatan akbar Java jazz Festival 2013. Tak terpikir untuk mencari teman nonton, namun tak kaget juga bertemu kawan-kawan Skinhead dari Jakarta, Bandung dan Malang di JIExpo Kemayoran yang jadi lokasi. Dandanan Ben Sherman dan Fred Perry mereka terlihat unik di tengah parade celana ketat pendek dan baju-baju bermerk khas mall.
video: @mrdianpattinama
Ada hal lain yang terasa menyentuh dalam show ini. Bukan lampu panggung keren, bukan pula harga tiket festival. Soul Jimmy yang membuat 1 jam 15 menit ini terasa begitu berharga. Dia menyanyi dari hati, bukan hanya karena dia harus, namun karena dia mencintai yang dilakukannya.
Semangat itu jelas sudah menjadi jiwa tim. Semua terlihat bahagia, apalagi ketika menyanyikan lagu Rivers of Babylon (milik The Melodians, 1970) yang juga ada di album soundtrack THE HARDER THEY COME.
Sempat memainkan gimmick klasik we-want-more, show keren ini ditutup dengan anti-klimaks, One More. Jimmy meninggalkan audiensnya meneriakkan "One more, one more," sambil melambai, masuk ke balik panggung, dan kami semua terdiam setelah itu. Sudah selesai? Benar-benar sudah selesai?
video: @mrdianpattinama
Ya, memang sudah selesai. Show boleh saja berakhir tepat waktu, namun Jimmy meninggalkan momen luar biasa di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada 1 Maret 2013. Ska dan reggae adalah scene yang sangat jarang tersentuh media, apalagi promotor. Kedatangan Jimmy bagaikan oase di padang gurun, melimpahkan harapan, terutama ketika dia berkata, "This is my first time in Indonesia, and I'm sure it won't be the last."
Keluar dari hall, menghapus keringat sejenak, beberapa orang kawan Skinhead berlarian dari dalam venue, mengacungkan sejumlah vinyl. "Aku dapat tanda tangan Jimmy!" teriak mereka, dan saya tersenyum. Terkadang, yang minoritas lebih tahu arti perjuangan dan cara menghargai.
(kpl/rea)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rea)
Advertisement