Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Masa 17 tahun tentu bukan hal yang mudah untuk dijalani oleh sebuah band dalam mengarungi industri musik utama, apalagi di Indonesia. Seperti Radja, di mana Moldy mengungkapkan suka-duka yang ia rasakan selama 17 tahun melangkah di industri musik Indonesia.
"Yang pertama sukanya ketika karya kami diminatin orang. Jujur aja aku yang namanya di musik itu adalah hobi yang dibayar. Pekerjaan sekaligus hobi, yang dibayar. Itu sukanya. Kalau dukanya sih sebagai penghibur, orang yang mendengarkan dan melihat itu tidak pernah tahu isi hati kami. Kami profesional walaupun ada masalah kami tetap berusaha menghibur orang. Ya tetap ada drama, berbohong sedikit mungkin. Muka tersenyum walaupun hati menangis. Tidak enaknya itu di situ," aku Moldy, saat ditemui di perilisan single Malaikat Cinta di Hard Rock Cafe, Jakarta Pusat, Senin (19/3).
Perjalanan itu pun tak pernah lepas dari peperangan mereka dengan para pembajak karya musik di era digital ini. Sebagai pelaku yang pernah memperjuangkan hak cipta untuk karyanya, lalu, bagaimana cara Radja menyikapi hal tersebut dan cara untuk melindungi setiap rilisan musiknya?
Advertisement
"Radja kan punya publishing sendiri, jadi urusan menyangkut copyright ada yang menangani. Intinya kami paling kampanye kepada fans dan pecinta musik, janganlah membeli bajakan, karena bajakan itu adalah tidak menghargai karya cipta kita. Sebatas itu. Kalau urusan karya kami terbajak atau dicuri orang, itu kami susah untuk memagari itu. Apalagi di Indonesia, susah banget untuk diselesaikan," terang sang gitaris.
Walau begitu Moldy sendiri mengaku tidak menjadikan pembajakan lagu-lagu Radja sebagai masalah utama yang harus diselesaikan. Selain karena jadi masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah, Moldy melihat kalau pembajakan musik pun bisa menjadi sarana promosi tersendiri.
"Bicara khawatir nothing to lose aja sih karena lagu lagu yang dibajak itu lagu lagu enak dan terkenal. Jadi kalau mau tahu, lagu enak itu pasti lagu yang dibajak. Karena jujur aja Radja itu meledak awalnya karena dari bajakan. Ada yang membajak. Itu yang kami akui. Ya enggak apa-apa, Radja kan yakin dan tulus aja. Biarin aja. Karena pemerintah sendiri sebagai yang berkompeten di sini tidak bisa. Zaman Pak SBY sebagai presiden aja lagu dia dibajak. Presiden loh itu apalagi kami sebagai anak band. Yang beresin bajakan tuh pemerintah bukan wilayah kami. Kami hanya berkarya dan berkarya. Kalau dibajak, alhamdulillah, berarti lagu kami enak," pungkasnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/far/ntn)
Advertisement