Diperbarui: Diterbitkan:
Tak banyak yang tersisa dari generasi garage rock populer di era 2000-an ini, simak saja kiprah The Strokes yang semakin manis, atau Jet yang memilih untuk menjadi radio hits-maker, sementara The White Stripes justru makin melempem. Di tengah krisis identitas dan musikalitas band-band tersebut, Yeah Yeah Yeahs justru kian lekat dengan nuansa gitar manual, drum set minimalis, sampling eksperimental, serta hook-hook manis dari sang vokalis, Karen O.
Band tanpa bassist yang dimotori oleh vokalis wanita Karen O, drummer Brian Chase, dan gitaris Nick Zinner tersebut tepat pada 6 April 2009 lalu resmi merilis IT'S BLITZ! sebagai album ketiga, setelah debut FEVER TO TELL (2003) dan SHOW YOUR BONES(2006) yang sempat meraih penghargaan NME.
Advertisement
Tak seperti kebanyakan band garage rock yang berbelok ke aransemen mainstream demi mengejar radio airplay, YYY justru tetap mengandalkan modal mereka, dan beruntunglah, karena band asal New York tersebut memiliki vokalis Karen Lee Orzolek, atau lebih beken dengan nama panggung Karen O.
Lewat vokalis kelahiran Korea Selatan inilah, YYY tetap berhasil berada dalam wilayah 'garage band influental'. Betapa tidak, vokalis berusia 30 tahun itu telah menginspirasikan seluruh generasi wanita–wanita muda abad 21 di masa pubersitasnya, yang menganggap Britney adalah pecandu kosmetika dan Madonnaadalah 'tante' yang kurang mawas diri.
Namun, bagaimanapun juga setiap tarian akan butuh iring-iringan nada. Dan irama yang menemani tarian hook-hook nakal, teriakan agresif, serta lirik penuh gairah dari Karen O adalah riff-riff dari gitar Dewey Decibel milik Nicholas Joseph Zinner, serta drum set minimalis ber-pad milik drummer Yahudi, Brian Chase.
Sementara, duet produser Nick Launay dan Dave Sitek membuat IT'S BLITZ! terdengar sangat solid. Suara sampling, pad, sequencer, looping, atau variable bitrate dari berbagai source ditambah dengan keseksian vokal Karen O, semuanya berakhir mulus di mixer milik duet produser yang pernah membesut INXS dan Nine Inch Nailstersebut, berpadu dengan harmonis.
Opening single Zero akan membuat Anda berpikir dua kali, mengenai definisi dance music yang terstereotipe kepada Kylie Minogue serta DJ-DJ kapiran di kafe-kafe mahal. Seratus delapan puluh derajat dengan image YYY, yang selalu tampil di lantai dansa 'kelas dua' New York. Kemudian masih ada Dull Life yang intro pelannya mengecoh, karena track nomer lima tersebut kemudian berubah menjadi sebuah escape mechanismdari kepenatan menjalani kehidupan.
Meski terdengar penuh dengan nuansa eksperimental elektronik ala Tom Yorke, satu lagu yang membuat jeda adalah sebuah lagu dengan tempo pelan plus harmonisasi piano berjudul Runaway. Lagu ini sepertinya adalah orkestra ala Yeah Yeah Yeahs yang mengalun penuh makna. Untuk track lainnya, Heads Will Roll, Soft Shock, Skeletons, sampai track 10 bertitel Little Shadow, kesemuanya adalah ladang di mana Yeah Yeah Yeahsmembuktikan bahwa tanpa bassist pun, mereka mampu menghasilkan harmonisasi ritmis nan cerdas.
Di saat banyak musisi pop-alternatif ingin mengejar penjualan multi-platinum, dengan berlomba-lomba mengekor track record njlimet ala Coldplay lengkap dengan aktif di organisasi pro-lingkungan, dalam album yang diedarkan oleh Interscope ini, Yeah Yeah Yeahs justru kembali ke pakem paling mendasar untuk menjadi sebuah band, orisinil dan saling mengisi.
(kpl/bar)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/bar)
Advertisement