Placebo: 'BATTLE FOR THE SUN', Ruang Antara Rock dan Pop

Penulis: Galih Aulia Akbar

Diterbitkan:

KapanLagi.com -
Oleh: Galih Akbar

Bila bicara soal Placebo, maka tak akan lepas dari dominasi dan totalitas sang frontman, Brian Molko. Jika disandingkan dengan Jon Bon Jovi maka Molko, yang sama-sama memiliki modal sebagai bintang (tampang dan musikalitas) bisa jadi ada di atas angin, karena bagaimanapun juga ia telah sukses membawa Placebo jauh dari rayuan musik pop, sebuah hal yang harus diakui gagal dilakukan oleh Bon Jovi. Hingga hari ini.

Dalam album ke-6 mereka BATTLE FOR THE SUN, Placebo nyata-nyata semakin menegaskan jika mereka tak pernah berniat jatuh dalam bujuk rayu definisi musik populer, bahkan di tengah era yang serba pop seperti sekarang.

Hal ini langsung terasa dalam pemilihan sound yang kian berat, dark dan sangat bergantung pada riff-riff berdistorsi Molko. Ditambah lagi dengan kehadiran David Bottrill sebagai produser. Tanpa nama tersebut, Muse, Silverchair, Remy Zero serta Tool mungkin tak akan pernah sukses menterjemahkan aransemen experimental mereka.

Dibuka dengan single berjudul sama dengan album, Battle For The Sun, peran Steve Forrest sebagai drummer baru langsung terasa dengan triplet-triplet ganjilnya yang melatari suara pitch tinggi Molko, sementara Stefan Osdal konsisten dengan flat beat dengan setelan amplifier middle-treble.

Second single For What It's Worth, lebih mengedepankan perpaduan shynthesizer dan Springtime, sebuah eksplorasi sound berani dari Molko, karena Springtime yang merupakan gitar buatan Yuri Landman, masih dalam tahap percobaan, alias eksperimental. Namun hal tersebut tak sia-sia, karena nuansa post-grunge sangat terasa di track nomor empat ini.

Berikutnya, Anda akan menemukan aransemen arahan David Bottrill yang sekilas mirip dengan warna sound Muse dalam Ashtray Heart. Sebuah track sing-a-long dengan hook yang catchy, namun bernuansa electro-punk, sama sekali bukan pop.

Untuk Anda yang mengaku fans Placebo, mereka 'menyisakan' beberapa track untuk tak dibuat eksperimen, Devil In The Details dan Kitty Litter yang berisikan famous hook ala Placebo, serta irama gitar akustik yang berpadu dengan trumpet dalam ballad track Kings Of Medicine.

Satu hal yang menjadi ciri khas, Placebo kembali bereksperimen dengan sound, dan kali ini yang menjadi obyek adalah saxophone dan trumpet, yang sekali lagi sepertinya sengaja menjaga jarak antara definisi Contemporary hit radio yang populer, dengan Mainstream rock radio yang cadas. Intinya, mereka tak mau terlalu rock dan enggan 'melacur' ke pop.

Overall, secara musikal album yang akan rilis pada delapan Juni 2009 mendatang ini, sama sekali tak pernah tanggung, meski sarat dengan eksperimen. Band asal Gravesend, Inggris ini boleh jadi tak akan pernah sukses mengulang sukses trio Nirvana, namun industri musik Amerika mau tak mau harus kembali mengakui, bahwa British Invasion masih berlangsung hingga kini. (kpl/bar)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/bar)

Rekomendasi
Trending