Metallica: 'DEATH MAGNETIC', Mengusung Tema Kematian

Penulis: Fatchur Rochim

Diterbitkan:

KapanLagi.com - Lega juga akhirnya setelah Metallica mengambil keputusan bijaksana untuk meluncurkan album baru yang bisa jadi pengobat kekecewaan setelah mendengar album ST. ANGER mereka di tahun 2003 lalu. Album yang bisa dimasukkan kategori 'parah' itu memang sempat membuat fans bertanya-tanya apa yang terjadi dengan icon musik metal ini.

Meski album ini tak bisa disejajarkan dengan MASTER OF PUPPETS, RIDE THE LIGHTNING, atau ...AND JUSTICE FOR ALL, namun setidaknya Metallica mencoba kembali ke akar musik mereka yang membawa Metallica ke puncak kejayaan di era 80-an lalu. Dan album ini memang terdengar seperti album-album awal supergroup ini.

MetallicaMetallica

Mulai dari corak musik, riff gitar hingga gebukan drum memang mengingatkan pada masa-masa itu. Anehnya justru ini terjadi setelah Metallica tak lagi 'bersama' Bob Rock yang selalu mengawal grup ini sejak awal. Produser bertangan dingin Rick Rubin tampaknya lebih mampu menggali potensi grup ini setelah menjalani karir selama 25 tahun. Buktinya, album berjudul DEATH MAGNETIC yang dilepas 10 September 2008 ini terdengar lebih kasar, liar, dan berat bila dibanding empat album setelah ...AND JUSTICE FOR ALL.

Sepuluh track yang dikemas dalam album ini bertempo cepat dan kasar ala Metallica. Dan bagusnya lagi kita kembali disuguhi raungan gitar Kirk Hammett yang tak pernah mau lepas dari sound effectWah Wah-nya serta gebukan drumLars Ulrich yang ganas kadang berganti tempo di tengah-tengah lagu. Ini melegakan setelah kita disuguhi album ST. ANGER yang tak satupun menyuguhkan solo gitar dan suara snare drumLars yang terdengar seperti tong dipukul. Dari kualitas musikalitas, album ini membuktikan bahwa empat orang rocker gaek ini masih sanggup bermain musik bertempo tinggi.

MetallicaMetallica

Yang jadi sedikit masalah mungkin adalah mulai terasanya 'kejenuhan' dalam komposisi-komposisi Metallica. Hampir semua track dalam album ini mengingatkan pada lagu-lagu mereka di tahun 80-an seolah mereka mulai terjebak dalam pola yang berulang-ulang. Misalnya saja trackThat Was Just Your Life dan Cyanide yang kental berbau Blackened dari album ...AND JUSTICE FOR ALL atau lagu The Day That Never Comes yang bernuansa Fade to Black dengan sentuhan One.

Dari sisi tema, lirik lagu dalam album ini kebanyakan bicara soal kematian. Ini sebenarnya sah-sah saja. Namun yang jadi persoalan adalah lirik yang mulai terasa 'tak berisi' lagi. Malah bisa dibilang lirik-lirik dalam album ini lebih mirip lirik lagu dalam album ST. ANGER.

Nilai lebih album bergambar peti mati mati ini sebenarnya adalah usaha kembalinya Metallica ke akar bermusik mereka sekaligus pembuktian bahwa mereka masih mampu bermain musik bertempo tinggi. Melihat garangnya musik di album ini, saya sempat berpikir apakah Metallica masih sanggup membawakan lagu-lagu ini secara live, terutama Lars Ulrich yang terdengar bermain habis-habisan. Kita tunggu saja promo tour-nya. (kpl/roc)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/roc)

Editor:

Fatchur Rochim

Rekomendasi
Trending