Diterbitkan:
Jika seorang musisi telah mengalami kejenuhan berkarya akibat konsekuensi kontrak dengan label, maka jadinya adalah sebuah album over-produced yang berisikan 'lagu lama' yang hanya berubah lirik dan digubah sedikit aransemennya, bahkan tak jarang malah membuat pamor sang musisi kian meredup karenanya, ironisnya hal ini sedang dialami oleh solis muda Kelly Brianne Clarkson dalam album ke-4nya ALL I EVER WANTED.
Meski pernah mencatatkan angka penjualan yang fenomenal pada album BREAKAWAY di tahun 2004 lalu, yang mencapai 10.500.000 kopi di seluruh dunia, namun sebenarnya penurunan kualitas dari jebolan American Idol first season itu sudah terasa sejak album MY DECEMBER yang rilis di tahun 2007 lalu, di mana penyanyi berusia 27 tahun itu terkesan terlalu memaksakan karakter rock yang kurang solid.
Seperti diketahui, Kelly yang pernah menyabet dua Grammy Award pada 2006 lalu itu, sebenarnya memiliki kapabilitas untuk menjadi seorang solid pop singer yang pastinya telah memiliki pasar sendiri, pasca kemenangannya di American Idol. Hal tersebut terbukti dari album debutnya, THANKFUL pada awal 2003, yang sukses diganjar oleh 2 platinum, serta menempatkan single A Moment Like This di urutan paling atas chart Billboard AS.
Namun seperti halnya sebuah produk yang berprospek, maka campur tangan RCA Records selaku label, sungguh mendominasi, singkat cerita, Cinderella diberikan jaket kulit dan gitar berdistorsi, demi sebuah imej rock. Oke, mungkin BREAKAWAY belum menampakkan Cinderella dalam diri penyanyi asal Texas tersebut, karena justru perubahan imej frontal pop ke pop-rock dari periode album debut menuju album ke-2 'menolong' Kelly terlihat unik dan berbeda.
Pada ALL I EVER WANTED, semua imej tersebut rupanya kian tak mempan serta dipenuhi formula usang yang justru membuat orang berpikir dua kali, untuk membeli album yang mengetengahkan single My Life Would Suck Without You tersebut.
Simak saja track yang bertitel I Do Not Hook Up, sebuah lagu yang bercerita mengenai betapa naifnya kehidupan seksual gadis-gadis remaja Amerika, party on Saturday night, church on Sunday, mungkin begitu maksud Kelly, namun bukankah sejak era Britney Spears bangga saat kehilangan keperawanan, lagu-lagu seperti ini jadi retorika semata?
Kemudian ada Already Gone yang rupanya 'salah kamar', dengan aroma R&B yang kental maka tentu saja imej rock yang mati-matian dipertahankan jadi sirna, meski ironisnya Kelly sebenarnya mengolah vokalnya tanpa kesalahan.
Berikutnya If I Can't Have You, semakin menunjukkan jika RCA telah membuat kesalahan pemilihan lagu, beat-beat dance repetitif memang terdengar catchy, tapi Kelly bukanlah seorang Alecia Beth Moore atau Pink, bahkan range vokalnya sebenarnya bisa disejajarkan dengan LeAnn Rimes, tapi sekali lagi, label anak perusahaan Sony Music Entertainment tersebut terlalu memaksakan pasar pop-rock-alternative untuk Kelly.
Overall, di saat Avril Lavigne sukses menjadi ikon pop-post-punk baru yang dibajak RCA dari Arista Records, rupanya Kelly harus menjadi 'tumbal' dengan proyeksi menyabet habis pasar pop-rock mainstream, sayangnya hal tersebut tidak atau sampai hari ini masih belum jadi kenyataan.
Ibaratnya, jika Anda adalah seorang remaja putri yang merasa dikucilkan oleh teman sekelas, serta merasa ingin membalas dendam dengan mantan cowok Anda yang selalu bermulut besar, maka album ini cocok untuk Anda. Dan jangan lupa, Anda harus jago dengan Photoshop jika ingin membuat foto Anda bisa sparkling mirip cover albumnya.
Eh, tapi bukankah Avril telah membuat ide serupa dalam debut albumnya LET GO pada 2002, saat itu tentu saja Kelly masih berkutat dengan komentar Simon Cowell. (kpl/bar)
Advertisement
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/bar)
Advertisement