Jordin Sparks: 'BATTLEFIELD', Bukan Karya Gadis 20 Tahun

Penulis: Galih Aulia Akbar

Diterbitkan:

KapanLagi.com -
Oleh: Galih AkbarJordin Brianna Sparks boleh jadi baru genap berusia 20 pada tahun ini, namun apa jaminan album BATTLEFIELD layak untuk disebut sebagai pop modern craftmanship? Jawabannya adalah nama-nama sederet produser hits maker yang berdiri di belakang jebolan American Idol ini. Plus sedikit latihan vokal ekstra.

Memadukan unsur musik R&B, pop, pop-dance dan pop-rock, membuat album ini warna-warni, kontras dengan debut album biduanita asal Arizona ini pada 2007 silam, yang habis-habisan menggeber track yang susah laku dijual di negara kita, R&B.

BATTLEFIELD yang rilis pada 21 Juli lalu ini memang masih dipercayakan kepada tangan dingin Harvey Mason, Jr. dan Claude Kelly, namun simak juga nama-nama baru yang ikut memikirkan aransemen sampai detail song-writing Sparks.

Toby Gad, orang yang sukses menuliskan hits-hits milik Beyonce, Brandy, Natasha Bedingfield, Fergie, Shakira, dan Donna Summer. Scott Cutler, yang membidani lagu-lagu Miley Cyrus, Madonna, dan Sinead O'Connor. Dan nama terakhir ini adalah nama yang sukses mengorbitkan Katy Perry, Britney Spears, dan disco queen Kylie Minogue, Benny Blanco.

Dengan melibatkan banyak musisi tersebut, tampaknya Jordin Sparks memang berusaha keras agar terlihat matang, jauh dari kesan karbitan dan belajar menulis lagu kepada ahlinya. Dibuka dengan Walking on Snow yang up-beat dan cheerful, nampaknya usahanya ini tidaklah sia-sia.

Dilanjutkan dengan title song Battlefield yang menjadi opening single, usaha keras Sparks kian terasa. Aransemen yang ketat membuatnya harus memaksakan range vokal yang selama ini so-so, dan dominasi Ryan Tedder sangat terasa pada lagu yang berbalut dengan pop dan rock ini, sebetulnya berpotensi menjadi hits jika Sparks mampu mengimbangi dengan olah vokalnya.

Don't Let it Go to Your Head, It Takes More, dan No Parade merupakan tipikal track yang tidak berbeda jauh dari segi musikal, namun lagi-lagi Sparks mengeksplor habis range vokalnya yang terasa sedikit memaksa. S.O.S. (Let the Music Play), Watch You Go, Emergency (911) beberapa track dengan beat mid dance tempo yang belum out of date.

Sementara itu, alunan piano pada intro track Let It Rain, dan Faith bukan merupakan lagu gospel. Simak juga Was I the Only One, sebuah single ballad yang rupanya sengaja ditempatkan pada track 10, sebagai katalis dari rentetan lagu-lagu bertempo sebelas-duabelas, untuk kemudian ditutup dengan salah satu lagu yang ditulisnya, The Cure.

Overall, BATTLEFIELD memang jauh meninggalkan pakem R&B yang ada di selftitled debutnya JORDIN SPARKS. Tapi Sparks rupanya juga gambling untuk mendongkrak kualitas olah vokalnya yang nyata-nyata masih so-so. Sesuai title albumnya, ini merupakan sebuah battle bagi Sparks, mengingat Jive Records (label yang menaunginya) adalah premiere label of R&B. Battle begin! (kpl/bar)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/bar)

Rekomendasi
Trending