Diterbitkan:
Rentang waktu tiga tahun tak membuat Hoobastank mengalami banyak perubahan, setidaknya dari style mereka dalam bermusik. FOR(N)EVER, album ke empat yang muncul setelah EVERY MAN FOR HIMSELF di tahun 2006 lalu, seakan menjadi 'repetisi' dari band asal California ini, entah strategi pasar atau ketidak-sengajaan, yang jelas Doug Robb, Dan Estrin, Chris Hesse dan Jesse Charland masih sama (saja).
Betapa tidak, My Turn, single pertama yang dilepas pada 13 Oktober 2008 lalu, oleh band yang bernaung di bawah anak perusahaan label raksasa Universal Music Group, Island Record ini merekonstruksi hits mereka Out Of Control dari album THE REASON. Seakan mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tetap ada dalam pakem post grunge atau lebih ekstrim lagi, nu metal, padahal kenyataannya mayoritas fans mengenal mereka sebagai band pop-rock. Belum lagi, rentang waktu yang cukup lama membuat band ini seakan 'salah' memilih first single.
Advertisement
Single ke dua, So Close So Far, adalah sebuah gabungan aransemen, tema lirik, hingga kemiripan tempo dengan single (yang harus jujur diakui membuat Hoobastank laris manis) The Reason. Sebuah strategi mungkin? Atau justru 'ilmu' yang sama, mengingat Howard Benson adalah orang yang selama ini berdiri di belakang dua album tersebut.
Mungkin Anda pernah sekedar dengar, membaca atau bahkan termasuk golongan yang menilai Hoobastank adalah salah satu band yang terinfluence oleh Incubus. Nah, di album yang menurut Doug Robb adalah 'manifestasi tertinggi ide-ide' inilah hal tersebut nampak jelas. Track ke tujuh, Sick Of Hanging On memiliki banyak riff dan karakter A Crow Left of the Murder milik Incubus.
Sementara track nomor sebelas, boleh dibilang 'sebelas-dua belas' dengan Light Grenades yang ditulis oleh Brandon Boyd dan kawan-kawan. Logikanya, jika Silverchair begitu kental nuansa Kurt Cobainnya, maka sebagai band yang sama-sama datang dari California, Hoobastank sah-sah saja mengambil Incubus sebagai referensinya.
Paling tidak, dalam FOR(N)EVER, Hoobastank berhasil memunculkan sound-sound baru yang orisinil, berbagai aransemennya juga membuat warna, dari shoe gaze sampai funk. Tinggal satu pertanyaan tersisa untuk band yang pernah satu sekolahan dengan tiga personel Linkin Park, Rob Bourdon, Brad Delson dan Mike Shinoda ini, di mana era apresiasi musik semakin bergantung pada tiga hal, originalitas, kemasan, dan kantong pendengar, apakah mereka akan terus bertahan? (kpl/bar)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/bar)
Advertisement