Diperbarui: Diterbitkan:
Tak ada yang menduga ke mana arah angin, demikian juga yang dialami anak-anak Shaggydog. Mereka adalah salah satu bukti nyata, kerja keras dan ketekunan pasti akan berbuah manis.
Tidak banyak yang tahu bagaimana Shaggydog memulai karir mereka. Dari daerah Sayidan, kota Jogja, di sebuah kampung di pinggir sungai, Heru, Richard, Raymond, Banditz, Lilik dan Yoyo sepakat memainkan ska. Musik ska sendiri sempat booming di Indonesia di era 2000-an dengan menjamurnya band-band ska seperti Tipe Ex, Jun Fang Gong Fuu serta Noin Bullet.
Advertisement
Seperti segala sesuatu yang populer begitu cepatnya, ska pun mengalami penurunan. Walaupun sudah tidak tampil di televisi dan tidak merajai chart di radio-radio, Shaggydog tetap bertahan. Album debut mereka dirilis tahun 1999, dan di luar dugaan, terjual sebanyak 20,000 copy. Itu jumlah yang cukup besar untuk hitungan penjualan swadaya, meskipun tak banyak yang tahu, lagu pertama Shaggydog yang diproduksi massal sebenarnya berjudul My Room, masuk dalam salah satu kompilasi bawah tanah tahun 1997.
Dari sana, Shaggydog makin yakin melangkah sampai beberapa personelnya memutuskan meninggalkan bangku kuliah. Show demi show dijalani, mulai menjelajah Nusantara. Di 2001, BERSAMA sebagai album kedua dirilis. Menurut mereka, ini adalah album perjuangan. Bukan hanya motor sang manajer (Memet) yang digadaikan, saat menyelesaikan proses rekaman di Bandung, mereka pun harus mengamen di kawasan Dago demi mempertahankan hidup.
Album kedua membuat Shaggydog semakin dikenal. Komunitas ska yang memang tak pernah mati di Indonesia dan selalu bergerak diam-diam di bawah pengamatan industri, membantu memperkuat keberadaan mereka. Dua tahun kemudian, EMI Records menyadari potensi yang dimiliki Shaggydog. HOT DOGZ adalah hasilnya.
Keputusan ini adalah keputusan tepat. Hari ini, siapa yang tak akan ikut bernyanyi lagu Anjing Kintamani? Di Sayidan segera menyusul kepopuleran kisah si anjing, dan Shaggydog berhasil mengumpulkan lebih banyak Doggiez. Pada saat ini, fanbase mereka mulai terbentuk, hampir di setiap kota di Indonesia.
Pada tahun yang sama, sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog untuk disertakan dalam album kompilasi ASIAN SKA FOUNDATION. Untuk diketahui, genre ska memang berkembang pesat di Negara Matahari Terbit itu. Second Girl adalah lagu yang menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam album yang hanya edar di Jepang tersebut.
Karena komunitas yang memang biasanya lebih kuat secara koneksi dan mempermudah peredaran karya, Shaggydog juga terlibat dalam beberapa kompilasi lain di Eropa. Salah satunya, kompilasi BANANA HITS yang dirilis oleh Republik Ceko. Semakin banyak orang luar Indonesia yang mendengarkan lagu-lagu Shaggydog, apalagi di Jogja yang terkenal sebagai kota wisata.
Dari salah satu penggemar mereka itulah, Shaggydog berkesempatan main di Belanda. Mereka berhasil mendapatkan kontrak dari Festival Mundial Production dan memenuhi bulan Juni dengan jadwal show sebanyak 14 kali di 8 kota di Belanda. Dalam kesempatan yang sama, Shaggydog merekam live materi mereka di Studio Wissellord. Studio yang sama, juga digunakan oleh artis-artis internasional seperti The Police, Mick Jagger sampai Metallica.
Sekembali ke Indonesia, Shaggydog memilih kembali swadaya. KEMBALI BERDANSA (2005) didistribusikan oleh Pops Recs dan sepenuhnya diproduseri sendiri. Bukti eksistensi ini dilihat oleh Festival Mundial Production yang pada 2006 mengundang mereka lagi ke Belanda dan bahkan menyelenggarakan tur tunggal 11 kota. 3 tahun kemudian, Shaggydogdiundang sekali lagi. Tetapi, kali ini ke Australia, tepatnya Darwin.
Itu belum ditunjang dengan aksi panggung yang memanjakan penggemar. Menonton ratusan, atau mungkin ribuan Doggiez (sebutan untuk fans Shaggydog) menari bersama sambil menyanyikan lagu-lagu mereka, dari lagu pertama dalam setlist sampai lagu terakhir, adalah pengalaman menggetarkan hati. Herumampu berkomunikasi dengan sangat baik, didukung oleh teman-temannya yang tak melepaskan ke-Jawa-an dan ke-Jogja-an mereka. Justru, tetap menjaga kedaerahan itu menjadi nilai plus mereka. Penggemar merasa dekat dengan idolanya.
Shaggydog tidak pernah meninggalkan root mereka, tak peduli tren apapun melanda. Mereka bekerja keras untuk apa yang telah dicapai hari ini, dan untuk itu, Shaggydog pantas disebut sebagai salah satu band terbaik Indonesia. Bukan hanya karena musikalitas dan manajemen, tetapi juga karena karakter dan perjuangan mereka.
Tanpa perlu banyak bicara, tak pernah berkoar di media atau infotainment, Shaggydog telah terlebih dahulu menjajal pasar internasional. Tahun ini, mereka menginjak usia remaja, 15 tahun. Dengan pencapaian sekarang, yakinlah, Shaggydog akan menggapai lebih banyak. Mereka tak hanya menggonggong atau melolong, mereka menggigit! Selamat ulang tahun, Shaggydog! Tetaplah membuat kami berdansa. (kpl/rea)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rea)
Advertisement