Diperbarui: Diterbitkan:
Industri musik merupakan salah satu bisnis yang cukup menjanjikan, baik bagi para artis maupun beberapa pihak terkait. Karena setiap hari orang mendengarkan musik, maka masyarakat akan selalu haus dengan karya-karya baru.
Oleh karena itu banyak artis yang melihat uang sebagai tujuan utama berkarir. Namun tak semua seniman musik memiliki pandangan seperti itu, tak terkecuali Jason Thomas Mraz, atau yang lebih akrab disapa Jason Mraz. Baginya, bermusik merupakan kecintaan dan passion.
Musisi 37 tahun ini sering menggunakan lirik yang diambil dari kejadian nyata disekitarnya. Menurutnya, sebuah kebenaran memang lebih mudah dan menarik untuk dijadikan sebuah karya. Jason yang sedari kecil sering mendengarkan lagu bergenre reggae, pop, rock, jazz, dan folk menuangkan influence tersebut melalui karya-karyanya.
Sebut saja album pertama Jason Mraz berjudul WAITING FOR MY ROCKET TO COME, yang memuat total 12 track. Dalam album ini Jason sepertinya masih berusaha menemukan idealismenya dalam bermusik. Dari album ini, dua lagu yang paling mencuat adalah You and I Both dan The Remedy. Beberapa lagu yang lain terlihat terlalu segmented bagi masyarakat saat itu.
Kecerdasan Jason Mraz dalam mengolah lirik terlihat di album kedua MR. A-Z. Single Wordplay merupakan salah satu curhatan Jason tentang kebiasaannya menggunakan banyak lirik dalam satu lagu, seperti nge-rap. Selain itu, lagu-lagu didalam album ini terlihat lebih fresh dan berwarna. Ada nuansa jazz dan bossanova kental pada lagu Bella Luna dan Live is Wonderful, pop dan hip-hop pada Geek in the Pink dan inovasi unik lainnya.
Dari sini dapat dilihat jelas bahwa Jason seperti memiliki ruang bermusik yang bebas, tak terikat oleh genre. Siapa yang tidak kenal lagu I'm Yours? Single ini begitu populer dan seringkali dibawakannya sebagai lagu pamungkas dalam beberapa konser. Suasana reggae diusung dengan lirik yang kaya dan mudah diingat.
Menyinggung mengenai lirik di beberapa lagu Jason yang cukup mendalam dan berat, Jason banyak dipengaruhi oleh seorang pemain perkusi bernama Toca Rivera, yang dulunya merupakan seorang kepala suku di sebuah kepulauan kecil. Kecintaannya dalam bermusik membawanya jauh ke Florida sampai akhirnya bertemu dengan Jason sekitar tahun 2000.
Pemain djembe eksentrik ini cukup memberi influence bagi Jason untuk berpikir filosofis. Selama beberapa tahun Toca Rivera menjadi rekan duet Jason dalam gig kecil maupun konser. Mungkin karena terpengaruh oleh pemikiran Toca yang filosofis, Jason pernah tampil dengan rambut gondrong dan berjenggot lebat sekitar tahun 2012.
Advertisement
Kini dalam berbagai penampilan live-nya, Jason sudah tidak pernah tampil bersama Toca. Kini penampilan musisi yang juga pencipta lagu itu juga terlihat lebih rapi. Namun ada hal yang tak berubah dari Jason, yaitu kemampuannya menulis lirik yang sarat akan makna dan musik yang selalu inovatif. Inilah idealisme Jason Mraz dalam bermusik.
(kpl/niz)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/niz)
Advertisement