Diperbarui: Diterbitkan:
Agnes (yang di CLEAR JJF 2014 namanya jadi Agnez Mo) banyak berkomunikasi dengan audiens. Dia bercerita dulu mendengarkan musik rock akibat pengaruh kakaknya, juga lagu His Eye is on The Sparrow menjadi penguatnya saat dia lemah. Bukan Milikmu Lagi pun disempatkan diaransemen ulang.
Penonton mengalir perlahan, keluar venue. Sayang sekali. Seorang gadis mengeluhkan lagu-lagu Agnes. "Gue pengen lihat dance-nya," ujarnya ketika saya tanya. Baiklah, barangkali itu juga yang menjadi alasan mereka yang akhirnya memilih keluar sebelum setlist Agnes berakhir.
Padahal, Agnes tak lupa memasukkan Hide n Seek, Shut 'Em Up dan Coke Bottle. Hanya saja dia meletakkannya di akhir setlist. Di tiga lagu itu, dia pun memamerkan kemampuan dansanya, dan penonton menjadi lebih meriah, lebih bergolak. Sepertinya memang ini yang dinanti audiens, daripada Agnes menunjukkan kemampuan vokal dalam lagu-lagu bertempo lambat.
Merasa kurang bersemangat setelah show Agnes, saya menuju outdoor stage. Adhitia Sofyan di sana, dibanjiri lampu panggung warna biru, memetik musik akustiknya yang malam itu dibantu oleh Jonathan Palempung pada piano. Penonton memenuhi area, terhanyut dalam lantunan 'dingin' Adhitia yang menghangatkan. Tidak ada teriakan histeris, namun banyak yang ikut bernyanyi tanpa suara. Adhitia tampil cool, gaya yang justru membuat para gadis gemas dan para pria langsung ingin belajar main gitar.
video: YouTube/Adhitia Sofyan
Sebelum Adhitia selesai, saya sudah berlari kembali ke stage A3 BNI. Allen Stone akan tampil untuk kedua kalinya. Saya ingin tahu apakah dia konsisten dengan semangatnya, atau apakah ada lagu baru lagi? Seperti yang lalu, show kedua ini pun dipadati audiens, bahkan usia penontonnya lebih bervariasi.
Allen tampaknya lebih nyaman di show pertama. Apakah tinggi panggung dan jarak ke penonton memberi pengaruh? Mungkin saja. Dia masih bersemangat, masih hangat, dan personel band-nya masih mengumbar senyum ramah, namun saya lebih menikmati show di hari Jumat. Setlist lagunya tidak banyak berubah, kecuali bahwa dia juga membawakan Is This Love (cover Bob Marley) dan Somebody That I Used to Know (cover Gotye) yang masing-masing diaransemen ulang sesuai gaya Allen. Sepertinya Allen benar-benar tahu apa yang dia inginkan, dan bandnya mampu mewujudkan hal itu. Komunikasi di antara mereka terlihat solid.
Advertisement
video: YouTube/The Mahogany Sessions
Selepas Allen Stone, haus, saya kembali ke outdoor stage. Duduk di salah satu kursi sambil menyeruput kopi, saya mengecek jadwal. Teza Sumendra. Rasanya saya beberapa kali mendengar nama ini, walaupun samar teringat. Yang jelas, saya belum pernah nonton live-nya. Sepertinya dia menarik, apalagi wanita di sebelah saya sudah menjelaskan berapi-api, "Gue dateng langsung dari kantor cuma buat Teza!"
Saya tidak sempat menanyakan apa pekerjaan wanita tersebut, karena Teza sudah keburu naik panggung. Histeria wanita menyambutnya, dan saya mengerti. Wajah Teza sangat berkarakter. Tidak tampan (atau cantik) seperti halnya personel boyband, tetapi sangat cowok. Hal itu masih ditambah oleh hiasan tato di beberapa bagian tubuhnya. Saat Teza membuka mulut, mulai bernyanyi, saat itu juga saya paham alasan histeria para wanita.
Teza punya kualitas. Seksi. Sangat seksi. Gestur tubuhnya saat bernyanyi menambah nilai itu, dan di atas segalanya, Teza jujur terhadap audiensnya. Dia jujur merasa kepanasan memakai blazer, juga bahwa dia grogi. Ini panggung pertamanya di Java Jazz, tampaknya dia sendiri terkejut melihat area depan panggung dipadati penonton yang turut bergoyang bersamanya.
Teza banyak menyanyikan lagu-lagu cover, seperti Along Walk, Work It Out, Need a Friend sampai anthem lawas Have Fun Go Mad. Saya harus mengacungkan jempol juga kepada bandnya, yang dia sebut The Stepbrother, dan ketiga penyanyi latar, yang dipanggilnya The Stepsister. Teza berdialog dengan audiensnya dengan canda, membuat penggemar wanitanya histeris saat membuka blazer, dan menuruti permintaan mereka menyanyikan Just Friend, sembari berkomentar, "Emang ini kafe, bisa request lagu?"
Saat itu, baru saya teringat. Seorang teman pernah memberikan nama Teza, sudah cukup lama. Saya pernah menjelajahi laman Soundcloud-nya, yang saya percaya sangat membantunya dikenal publik. Dengan bangga, Teza memberitahu penonton, dia sudah menyelesaikan video klip perdananya. Lagunya, berjudul You Are Too Beautiful. Saya menegaskan diri akan 'menggali' lebih dalam soal Teza, lalu masuk ke antrian India Arie di depan D2 CLEAR Hall.
Nama India Arie barangkali tidak sangat populer. Dia banyak bernyanyi soal equality dan cinta secara universal, dengan lirik indah dan tentu, penampilan khas di kepala. Dia punya efek vokal mendinginkan, jenis yang akan menenangkanmu di tengah kemacetan.
Kelihatannya, nama Indonesia pun tak populer untuk India Arie, karena di satu kesempatan dia bertanya, "Do you really know all my songs?". Rupanya dia heran karena penonton terus bertepuk tangan setiap dia selesai berbicara. Saya bersorak keras sekali ketika India Arie melepas hiasan kepalanya, sebelum lagu Ain't No More About You. Dia botak! Ternyata India Arie botak. Dan dia tetap sangat cantik dengan kepercayaan dirinya.
Sempat menyanyikan penggalan lagu Roar (Katy Perry) dan Royal (Lorde) yang sedang sangat populer, India Arie tampil... Bersahaja, barangkali kata yang tepat. Perasaan itu semakin menguat saat dia meminta ibunya masuk panggung. Ketika sang ibu mendekatkan mike ke mulut, jelaslah dari mana India Arie mendapatkan talenta bernyanyinya. Panggung CLEAR Java Jazz 2014 itu mendadak menjadi syahdu, khidmat, kental sentuhan spiritualnya dengan keberadaan meja kecil dan lilin-lilin di atasnya.
Memakai kostum berbentuk gaun warna putih, mudah sekali membayangkan India Arie bermeditasi. Dia membawa serta penyanyi latar yang juga luar biasa, sehingga salah satu show penutup CLEAR Java Jazz 2014 ini menjadi begitu menghipnotis. Sulit menemukan istilah untuk menggambarkan pengalaman jiwa ini, kecuali mungkin indah.
video: YouTube/IndiaArieVEVO
I Am Ready For Love menjadi akhir setlist India Arie yang tentu saja harus rela memberi encore. Penonton beranjak keluar, masih dicengkeram keindahan musik India Arie, yang dengan gamblang menjelaskan, "I sing a lot about love. Love to other people, love your body, love the universe, it's all about love. You might be know about it."
Sekali lagi, India Arie memanfaatkan musik untuk menyampaikan pesannya. Hal ini banyak dipilih musisi lain, seperti Bob Marley ataupun John Lennon dari The Beatles. Apa yang kamu dengar adalah pilihanmu, namun keberadaan orang-orang seperti ini berhasil memaksimalkan keindahan musik, dengan menyatukan dan menyentuh hati publik. Jadi ketika kamu meninggalkan venue, kamu merasa dipenuhi perasaan cinta dan kamu tersenyum.
(kpl/rea)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rea)
Advertisement