Diterbitkan:
Namun setelah sekilas mendengar 11 track dalam album ini saya akhirnya bernafas lega karena ternyata ketakutan saya tak terbukti. Bahkan Guy seolah membawa nafas baru ke dalam tradisi Alanis yang meledak-ledak penuh kemarahan. Guy mampu menjadikan lirik lugas Alanis menjadi terasa lebih 'megah'. Sentuhan electro beat, perkusi, dan string arrangement mampu mendramatisir nuansa dalam album ini. Namun lebih dari itu semua, Guy tak membawa Alanis lepas dari jalur yang selama ini ia lewati.
Dengar saja lagu pembuka Citizens of the Planet yang masih kental berwarna Alanis namun memberikan sentuhan segar dengan memasukkan bunyi tabla dan sentuhan synthesizer. Lirik lagu ini mengingatkan pada lagu Imagine-nya Jon Lennon yang bicara tentang indahnya kebersamaan tanpa ada batasan ras dan wilayah lagi.
Advertisement
Di lagu kedua, Straitjcaket, Alanis kembali meledak-ledak penuh amarah seperti dalam album JAGGED LITTLE PILL, bedanya kali ini kemarahan itu tampak teredam oleh soundelectro-pop tahun 80-an yang membalut lagu ini.
Lagu kelima Not as We jadi terasa janggal karena setelah 4 lagu bertempo up-beat tiba-tiba saja Alanis bermain ballad hanya dengan iringan piano saja. Mungkin akan terasa lebih pas bila lagu ini dipasang sebagai track penutup dari album ini.
Dari semua lagu, lirik lagu Torch yang berada di posisi kedelapan mungkin adalah lirik yang paling menyayat hati. I miss your smell, and your style, and your pure abiding way seolah menggambarkan rapuhnya jiwa Alanis yang merasa kehilangan.
Dari sisi lirik, ALanis masih tetap tak berubah. Lagu-lagunya kebanyakan bicara tentang pengalaman pribadi Alanis walaupun di album ini Alanis tak lagi se 'marah' seperti saat dalam album JAGGED LITTLE PILL. Bisa jadi proses pendewasaan telah membuat Alanis lebih bijak dalam menyikapi suatu masalah.
Sebagian besar lagu dalam album ini masih bertema 'gelap' dan cenderung membuat depresi. Bisa jadi kegagalan hubungan Alanis dengan aktor Ryan Reynolds menjadi tema utama dalam album yang sarat berisi kesedihan ini.
Terlepas dari laku atau tidaknya album ini, keputusan Alanis menggaet produser Guy memang tepat. Abum ini jadi terasa komplit baik dari sisi lirik maupun aransemen. Guy mampu menerjemahkan lirik puitis Alanis yang sering kali seolah mengajak pendengar untuk ikut masuk ke dalam perenungan yang ia hadapi menjadi sebuah kesatuan bunyi yang lebih bermakna. (kpl/roc)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/roc)
Advertisement