'PORTS OF LIMA', Penyatuan Idealisme Sore Band

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

KapanLagi.com - Kapanlagi.com - Sukses dengan album debut CENTRALISMO, SORE mengukuhkan eksistensi diri di ranah industri musik tanah air sebagai band indie, dengan menggulirkan album gres bertajuk PORTS OF LIMA.

Dipadati 13 lagu, album PORTS OF LIMA menggambarkan pintu gerbang yang menyatukan idealisme SORE dengan dunia luar sebagai pertanda SORE membuka diri selebar-lebarnya untuk pendengar, sehingga mereka bisa merasakan apa yang SORE rasakan dan dapat memberikan pengaruh positif bagi pendengarnya.

PORTS OF LIMA terbilang album unik khas SORE, berisi lagu-lagu buatan tahun 90–an dan awal 2000 sebelum era dibuatnya lagu-lagu untuk album CENTRALISMO.

"Secara musical album PORTS OF LIMA, distorsi porsi gitar diperbanyak, penggunaan brass dan strings tidak sedominan CENTRALISMO, yang bisa digarisbawahi juga kami memasukkan karakter choir pada backing vocal.

Mengenai materi lagu, ada lagu bertemakan cinta, di CENTRALISMO cuma ada lagu putus cinta dan cinta yang kandas sebelum berlabuh. Masih juga ada lagu yang introspektif, kali ini disampaikan lewat lagu yang lebih dark.

Benang merah secara keseluruhan adalah sentuhan pada tiap-tiap lagu. Lagu seperti apapun tempo dan mood-nya, akan tetap terdengar khas SORE," papar Ade Firza Paloh saat membuka pembicaraan di Aksara Record, Brawijaya Jaksel, Rabu kemarin (09/04/08).

Dipunggawai Ade Firza Paloh (vokal–gitar), Awan Garinda (vokal–bass), Bemby (vokal–drum), Raymond Gascaro (vokal–piano) dan Reza Dwiputranto (vokal–gitar), SORE terbentuk bermula dari pertemanan sejak SD dan SMP di bilangan Cikini.

Pemilihan nama SORE sendiri mempresentasikan karakter musik SORE.

"Kami berpendapat bahwa sore hari adalah penggalan waktu yang pas untuk duduk santai sambil mendengarkan musik SORE," timbrung Bemby.

Dan untuk album PORTS OF LIMA ini, SORE merangkul beberapa musisi beken lain seperti Tika, (Senyum Dari Selatan), Mian Tiara (Setengah Lima, Bogor Biru, Essensimo, Layu), Ario Hendarwan (vokal & aransemen vokal di Karolina), Indra Aziz (saksofon tenor & alto di In 1997 the Bullet was Shy), Andi Riyanto (piano di 400 Elegi dan Karolina), Aghi Narottama (gitar elektrik di Karolina).

Sementara seksi alat gesek diisi Gaia, Yasintha, Linda, Arini dan seksi alat tiup: Harmoniadi (terompet), Indra Aziz (saksofon alto & tenor), Irianto (french horn), Harry Winanto (suling), Donny (suling pada Ernestito).

"Jadi satu pertanyaan yang sulit bagi kami, saat ditanya soal genre. Sebenarnya kami kurang ahli dalam mengkotak-kotakkan musik, kami serahkan kepada pendengar aja untuk menentukan genre musik kami. Ada yang menyebut collage rock, ada yang bilang pop nostalgia, psychedelic.. ga ada yang salah. Yang jelas kami tidak terlalu membatasi diri dalam konsep musik ataupun fashion, bebas aja."

"SORE tidak mempunyai batasan-batasan tertentu dalam bermusik. Ide masing-masing personil tersalurkan dengan baik walaupun masing-masing mempunyai idealisme tersendiri. Jadi para personil SORE berdiri sejajar, tidak ada frontman maupun ego yang berlebihan. Semua tetap pada kapasitas masing-masing. Kalo suatu saat harus bubar, masing-masing personil bisa saja menjadi solois atau menjadi frontman di band masing-masing setelah SORE. Tapi kami belum berpikir ke arah sana, masih nyaman di SORE," tutur Ade panjang.

Makanya SORE tetap setia bersama Aksara Record, yang memberikan kebebasan pada mereka untuk berekspresi dan bereksplorasi.

"Sebenarnya kami tidak murni independent, kami dan Aksara Records menjalankan promosi, distribusi, dan proses lainnya seperti halnya yang major label lakukan. Kami juga mempunyai beberapa sponsor dan bertanggung jawab atas brand image mereka. Aksara Records dalam hal ini memberikan kami keleluasaan dalam bermusik. Sementara ini mereka masih yang terbaik dalam 'memberikan keleluasaan' itu," ujar Bemby menimpali.

Tak ada yang muluk digantang SORE dalam hal bermusik. Paling tidak mereka bisa seperti Slank dan Padi. Dua band papan atas tanah air yang dalam pandangan mereka bisa bertahan dengan cirinya masing-masing, tidak ikut-ikutan selera pasar dan selalu memberikan sesuatu yang lebih baik, contoh yang lebih baik untuk generasi muda.

"Dan minimal kami tetap berada di dunia musik, sebagai orang di balik layar, menyaksikan kemajuan musik Indonesia. Amin," pungkas SORE. (kpl/wwn/tri)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/wwn/tri)

Rekomendasi
Trending