Diterbitkan:
Sambil mencari cara untuk nekat naik, kami menunggu di parkiran bersama beberapa pengunjung lainnya. Memperhatikan polisi yang mengatur lalu lintas malam itu, kami tersadar, Jazz Ijen tahun kedua ini tampaknya lebih menarik animo masyarakat, ketimbang sebelumnya.
Jam hampir menunjukkan pukul delapan. Tiga jam penantian, akhirnya kami pilih naik ojek meski tetap dihadang polisi. Tukang ojek paruh baya itu mengaku penduduk setempat. Benar saja, melewati hutan, kebun cengkeh, kebun kopi, pinggiran jurang di jalan sempit pun beliau lihai.
Advertisement
Makin ke atas makin dingin. Di luar ekspektasi, ternyata jauh juga jalan menuju lokasi dari tempat pak polisi menyuruh kami jalan kaki tadi. Kata bapak tukang ojeknya sih masih sekitar tiga sampai empat kilometer. Bisa dibayangkan andai kami benar-benar jalan kaki!
Namun jarak tiga kilometer dari bawah tadi ternyata tak menyurutkan semangat beberapa gerombol orang yang ingin menonton Jazz Ijen Banyuwangi 2015 itu. Kami bertemu dengan mereka yang gigih berjalan kaki, dalam perjalanan naik ojek ke atas malam itu.
Di tengah jalan, segerombolan polisi meminta kami balik turun. Mereka bilang, sudah tidak ada tempat untuk kendaraan di atas sana. Lighting panggung memang sudah terlihat, dengar-dengar sudah tinggal 500 meter jalan kaki. Namun pak ojek masih gigih menerobos masuk.
Bohong kalau perjalanan kami tadi tinggal 500 meter. Di pemberhentian terakhir, tempat motor sudah benar-benar nggak mungkin naik lagi, akhirnya kami mulai jalan kaki. Tanjakan itu hampir pasti jauhnya 500 meter. Sayup-sayup suara Andre Hehanussa sudah terdengar.
Karena Ku Tahu Engkau Begitu, penonton ikut bernyanyi. Kami mempercepat langkah, takut kehilangan moment mengabadikan penyanyi keren itu. Suara indah itu masih sama seperti pada zamannya. Para penonton 'berumur', generasi Andre pun ikut semangat bernyanyi.
Dilanjutkan dengan beberapa lagu lain seperti Kuta Bali, Andre bikin hangat kaki kawah Gunung Ijen yang malam itu 18 derajat celcius. Setelah mengajak Bupati Banyuwangi ikut bernyanyi di panggung, dia menggaet dua penonton bule untuk diajak nyanyi lagu Rame-Rame. Seru!
Andre turun panggung, Lita Lia ambil posisi. Wanita cantik jebolan KDI ini baru pertama kali berkunjung ke Banyuwangi. Seperti kami, dia pun harus jalan kaki dulu untuk sampai venue. Namun Lia tetap semangat menghibur penonton. Lagu dangdut Terlena pun jadi jazz malam itu.
Suguhan terakhir, yang tampaknya paling ditunggu-tunggu, Kerispatih sukses bikin para cewek histeris. Nama Badai terus disebut-sebut sepanjang penampilan mereka. Kami setuju kalau band ini jadi yang paling oke malam itu. Penonton super semangat ikut bernyanyi.
Lagu terakhir dimainkan, tiba-tiba fireworks dinyalakan. Semua orang bersorak girang. Sambil tetap ikut bergoyang seiring irama musik Kerispatih, penonton mendongak menikmati warna-warninya kembang api di langit. Hampir 15 menit kami menikmati keindahan itu.
Waktunya pulang! Antrian mobil mengular mulai dari depan gate. Kami asyik saja jalan kaki turun gunung. Beruntung, tukang ojek kami ternyata datang menjemput. Beliau masih ingat pada kami. Dengan hati gembira setelah asupan musik jazz malam itu, kami pulang dengan riang.
Masih akan ada Jazz Ijen Banyuwangi tahun-tahun berikutnya. Semoga masih punya kesempatan sambang ke Gunung Ijen lagi. Sementara menunggu, yuk berburu musik asyik dengan kemasan menarik lainnya, seperti acara ini! Sampai jumpa... ;)
(kpl/dew)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/dew)
Advertisement