Diperbarui: Diterbitkan:
Bermandikan lampu-lampu merah, biru dan hijau yang menyorot bagai laser, setlist padat dilantunkan. Meriah, karena semua orang di panggung itu suka menari. Mengenakan vest di atas kemeja dan topi yang sudah menjadi ciri khas, Bruno tampak lelah sekaligus gembira di bawah lampu sorot panggung. Dia tidak banyak berbasa-basi dengan audiens, namun ketika menatap penggemarnya, beberapa kali dia tak bisa menahan seringai senang.
Personel bandnya bukan hanya memberi semangat kepada Bruno yang harus menjalani tur ekstra padat sampai pertengahan April mendatang, percayalah, mereka melengkapi 'nyawa' show dengan kekompakan koreografi yang begitu menghibur, sampai membuatmu mengangkat tangan dan bergoyang bersama.
Money yang dibuat rock and roll, di-medley dengan Billionaire, single Travie McCoy dari album LAZARUS. Megahit ini memang punya nada hampir sama dengan Santeria dari Sublime, sehingga tak mengherankan ketika Show Me menyusul. Tentu saja, karena Bruno pernah bekerjasama dengan Damian Marley, putra Bob Marley dalam Liquor Store Blues, dia tahu yang dilakukannya.
Backing vocal Bruno memang istimewa. Namun saat dia mulai toasting lengkap dengan sedikit delay ala dub, saya tak bisa menahan antusiasme. Ini superkeren! Our First Time menuntaskan Show Me, berkebalikan dengan gaya Jamaican music yang bikin berdansa, Our First Time beratmosfer seksi seperti liriknya, membuatmu tersipu.
Bruno menikmati kemenangan rayuannya melalui Marry You dan If I Knew. Emosi penonton dibuat naik-turun sesuai tempo lagu dan cahaya lampu, wanita-wanita menjerit-jerit, ratusan gadget teracung tinggi dari sektor Green yang tepat di depan panggung. Dan Bruno memohon sepenuh hati, "Put your cam down, put your cam down. Can't we talk tonight? "
Fenomena gadget di konser ini memang dilematis. Sebagai negara berkembang di dunia ketiga, punya gadget canggih menjadi semacam kebanggaan tersendiri. Namun dalam sebuah konser, ada sejumlah etika tak tertulis, salah satunya adalah cara menonton. Masalahnya, siapa yang tahu apakah yang datang menonton sungguh-sungguh menyukai si artis, atau hanya untuk menjaga eksistensi sosial semata?
Advertisement
Tak mengubah mood, Bruno melanjutkan setlist. Di The Lazy Song yang sontak menyatukan suara penonton, sang backing vocal mempersembahkan sebuah gimmick sangat lucu. Bahkan Bruno pun tak bisa menahan tawa. Count on Me diubah ala country, mengajak audiens berhitung bersama.
Memasuki lagu berikutnya di mana lampu panggung menyorot warna biru, mudah ditebak saat Bruno berkata, "This is the hardest song." When I Was Your Man meluluhkan hati MEIS Ancol, balada penyesalan powerful yang bakal bikin kamu patah hati juga.
Bruno masuk ke balik panggung sejenak, mungkin mengobati luka hatinya. Sang keyboardist mengambil alih perhatian, mengembalikan atmosfer konser sebelum Bruno melemparkan Grenade kepada publik. Mengumumkan setlist sudah berakhir, Just The Way You Are masih menyimpan gimmick strike-a-pose. "Here's our pic, take it, take it," kata Bruno seraya bergaya bersama teman-temannya di tengah panggung.
Memperkenalkan personel bandnya yang memberi hormat dengan gaya dan tarian masing-masing, sesi ini bahkan terasa seperti pesta! Tidak butuh waktu lama untuk mengembalikan Bruno ke panggung untuk encore, hanya saja kali ini dia memilih duduk di balik set drum yang memang belum tersentuh.
Gimmick drum ini sudah dinanti banyak orang memang, gadget-gadget kembali teracung tinggi. Menyadari intro masuk ke Locked Out of Heaven, penonton melompat dan bernyanyi bersama. Confetti emas jatuh dari langit MEIS, audiens berpesta bahagia di 'surga' yang diciptakan Bruno.
Lalu lampu MEIS dinyalakan, panggung yang tadinya gemerlap kembali gelap. 'Surga' berdurasi 1,5 jam itu sudah selesai, waktunya kembali ke kehidupan nyata. Banyak pertanyaan terlontar seiring audiens menyemut keluar venue. Kenapa begini kenapa begitu? Menilik jadwal Moonshine Jungle Tour yang demikian padat, yang dilakukan Bruno bersama tim di atas panggung MEIS tadi seharusnya bisa melekatkan rasa 'surga' di hati.
Toasting: istilah ini lazim dikenal dalam musik yang berasal dari Jamaika, yaitu ska beserta turunannya, sampai reggae, dub dan dancehall. Kurang lebih artinya adalah berbicara atau melantunkan lirik diiringi beat, sebenarnya merupakan tradisi budaya Afrika.
(kpl/rea)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rea)
Advertisement