Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Kembali ke tahun 2006 atau 2007, saat itu pop punk menjadi tren dan pengaruh besar di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Screamo dan emo menunjukkan geliat besar, namun pop punk masih jadi sorotan utama. Yakin lah, sebagian dari anda yang menghabiskan masa SMP atau SMA pada saat itu pasti pernah bergaya dengan rambut poni lempar, celana pensil, ataupun kaos dan seragam junkie.
Tidak heran jika pada saat itu band-band pop punk seperti Rocket Rockers, Pee Wee Gaskins hingga Closehead menjadi raja pensi di sekolah-sekolah anak muda. Begitu juga dengan Last Child. Unit pop punk yang satu ini bahkan boleh dibilang beruntung ketika muncul di scene musik lokal pada tahun 2006 silam.
Dengan format trio selayaknya Blink 182 yang menjadi referensi mereka pada saat itu, Virgoun pun melangkah bersama kedua rekannya sebelum kemudian menambah satu personel untuk memperkaya musik mereka. Lolos dari sebuah audisi band, Last Child segera memilih untuk terus melanjutkan langkah mereka.
Advertisement
Setelah GROW UP dirilis secara independen, Virgoun Last Child membawa band yang telah mengalami perombakan personel itu bernaung di bawah bendera label Fake Records. Pada titik ini, mereka berhasil meretas album EVERYTHING WE ARE EVERYTHING. Rilisan penuh ini pula yang semakin melesatkan nama mereka lewat hits single seperti Diary Depresiku, Pedih dan Kembali.
Virgoun, jadi dalam utama di balik lirik-lirik lagu Last Child yang sangat gamblang, sederhana, dan jujur. Belum lagi formula yang mereka terapkan untuk meracik setiap materi membuat para penikmat musiknya dan Last Friends (sebutan fans Last Child) dengan mudah terhubung pada setiap ide dalam lagu-lagu mereka.
Last Child berhasil mencatat angka 300.000 dari hasil download RBT album tersebut. Tentunya bukan nominal angka yang kecil untuk sebuah band independen yang masih membangun eksistensinya. Virgoun lalu kembali menakhodai Last Child untuk merapat bersama label Dr. M, di mana album OUR BIGGEST THING EVER jadi titik yang meledakkan nama mereka.
Diary Depresiku kembali mengalami proses mastering, Virgoun dan Last Child sepakat untuk menggandeng Gisella Anastasia dalam lagu Seluruh Nafas Ini. Identitas musik pop punk memang masih terasa, meski pop tetap menjadi warna yang lebih dominan. Tapi yang menarik tentu saja bagaimana Virgoun menawarkan kesederhanaan dan kejujurannya dalam menulis lirik.
Pada titik ini nama Last Child semakin meroket dan kerap menjadi lineup utama dalam berbagai acara TV maupun off air. Manajemen band yang semakin baik, membuat jumlah para Last Friends terus meningkat dan kian haus dengan lagu-lagu yang dirilis Virgoun bersama Last Child.
Tapi dalam 2 tahun belakangan, nama Virgoun semakin melesat kencang kala ia merilis single Surat Cinta Untuk Starla. Keputusan untuk menjalani karirnya sendiri pun diambil Virgoun. Hanya dalam satu tahun, single yang awalnya dirilis dalam format video lyric itu sukses mengamankan angka 166 juta viewers pada platform streaming YouTube. Sedangkan music video Surat Cinta Untuk Starla yang dirilis 8 bulan lalu mampu menarik perhatian 30 juta pasang mata penikmat musik.
Virgoun segera menegaskan langkahnya dengan merilis album debut solo, SURAT CINTA UNTUK STARLA, dan lagi-lagi menuai sukses besar. Angka 34 juta viewers untuk video lyric dari single Bukti sudah cukup menjawab jika antusias para fans dan penikmat musik di Tanah Air atas karya Virgoun memang tinggi.
Jika hanya menyimak sekilas, nuansa musik Last Child memang masih sangat terasa pada lagu-lagu solo Virgoun yang ditawarkan dengan sajian akustik. Tapi nyatanya ada hal baru yang ditawarkan Virgoun melalui hasil eksplorasinya dalam bermusik. Sound, adalah sorotan utama.
Agaknya anda pun akan menyadari dengan mudah apa yang saya maksud pada kalimat sebelumnya jika mendengarkan track Bukti. Pada lagu ini ada suara tulisan tangan, hantaman ringan tangan pada buku, sampai sobekan kertas menjadi hal yang unik, meski sebenarnya saya tidak terkejut mengingat Blink 182 adalah referensi pertama Virgoun dan Last Child untuk bermusik.
Ya, Tom DeLonge sebagai otak di balik lagu-lagu liar Blink 182 kerap menawarkan berbagai detail kecil yang bisa jadi tidak anda sadari. Hal yang sama pun Tom terapkan kala ia memimpin project Angels And Airwaves. Mengusung konsep space-rock dan sci-fi, Tom bersama sound engineer-nya dengan berani merekam suara lemari besi yang ditutup sampai berbagai bunyi yang ada di sekitar kita.
Sederhana? Tentu saja, namun detail kecil inilah yang memberi warna tersendiri pada sebuah lagu. Begitu juga dengan treatment yang Virgoun terapkan pada setiap lagu-lagunya. Bahkan suara hammond yang ada memberikan kita ruang lebar untuk berimajinasi bersama lirik yang Virgoun tulis pada lagu Bukti misalnya.
Loyalnya para fans, konsistensi, inovasi dan detail bisa dibilang jadi sejumlah faktor utama kenapa lagu-lagu Virgoun tetap menjadi idola, baik kala ia masih melangkah bersama Last Child maupun saat ini. Juga jangan lupakan bagaimana cerdiknya Virgoun merajut setiap diksi pada liriknya yang sederhana dan racikan musik yang membuat para pendengar akan dengan mudah merasa terhubung pada ide yang ia benamkan dalam lagu-lagunya.
Secara pribadi, saya tidak bisa sepenuhnya menerima identitas pop punk pada diri Virgoun yang mulai menguap. Namun sekali lagi, Virgoun berhasil membuat saya kagum dengan hasil eksplorasi musik serta setiap detail yang ia tawarkan pada lagu-lagunya di album SURAT CINTA UNTUK STARLA.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/ntn)
Advertisement