Apapun yang dikenakan oleh sang idola, para fans pun langsung menirunya. Iklim inilah yang membuat para musisi tergiur untuk menjajal bisnis fashion. Terutamanya lagi di Indonesia. Selain para fans di Indonesia itu fanatik, masyarakatnya juga cenderung memiliki tingkat konsumerisme tinggi.
Berbekal popularitas, modal, dan kemauan yang keras, para musisi ini pun sukses menjalankan bisnis clothingnya. Tak heran, beberapa dari mereka bisa merebut pasar.
Toh, di industri musik yang serba sulit, tak ada salahnya jika musisi mencari sumur lain untuk mendapatkan profit. Menjadi pebisnis clothing adalah pemasukan andalan bagi 7 musisi ini, siapa mereka? Yuk simak di sini. (kpl/trn)
KapanLagi.com
Tahu merch Pee Wee Gaskins kan? Dochi mengasah bisnis clothing dari sana. Pada awal kemunculan Pee Wee Gaskins, merchandise band ini paling diburu oleh anak remaja. Bisa dibilang, lapak mereka selalu laris manis.
Dochi tercatat sempat membidani kelahiran clothing line Bunk Junk pada tahun 2008. Setelah itu, Dochi makin serius terjun di bisnis clothing saat merilis Sunday Sunday Co.
Project itu terinspirasi ketika Dochi menumpahkan es krim di kaosnya pada hari Minggu. Makanya, dalam design-nya, Dochi ingin menawarkan sesuatu yang santai tetapi tetap cool and fun. Bahkan, sedikit banyak Dochi mengadopsi pop culture Jepang di tiap produk Sunday Sunday.
KapanLagi.com
Hal itu membuktikan kalau Tantri tidak menutup mata dengan dunia fashion. Meskipun rocker, untuk urusan gaya tetap nggak boleh ketinggalan. Karena hal ini, Tantri bersama temannya merintis bisnis clothing bernama Loud pada tahun lalu.
Tantri kemudian semakin jatuh cinta dengan bisnis clothing. Bersama kekasihnya, Arda Naff, ia kemudian mengembangkan TSI, clothing line yang jadi official merchandise dari Tantri Kotak. Lewat Twitter dan Facebook, Tantri gencar mempromosikan usahanya ini.
Bisnis clothing juga jadi cara Tantri untuk mendistribusikan rilisan terbaru dari Kotak. Tantri mengaku kalau penjualan albumnya sangat mengandalkan distro, yang tersebar lebih merata daripada daripada keberadaan toko kaset.
KapanLagi.com
Nah, kalau Travis berada di balik besarnya brand clothing Famous Stars and Straps, maka Eno punya Racerkids. Pemilik nama lengkap Eno Gitara Riyanto tersebut sudah membangun label clothing-nya sejak tahun 2001. Pada awalnya, desain kaosnya lebih banyak terinspirasi dari Famous, namun sering berjalannya waktu, Racerkids berhasil menemukan DNA-nya sendiri.
Mengusung tagline, Faster Than You Know, bisnis clothing Eno memang berkembang pesat. Distribusi dari produknya sudah mencapai banyak kota dan daerah di Indonesia. Semakin hari, semakin solid pula management dari Racerkids dengan produk yang makin bervariasi.
Selain dipakai oleh Eno dan Netral, Racerkids juga men-support beberapa band, baik band indie maupun mainstream.
KapanLagi.com
“Musik dan fashion itu tidak bisa dipisahkan. Kebetulan saya suka ngedesain," ujar Piyu di sela-sela Jakcloth kepada KapanLagi.com.
Piyu cukup serius dengan passionnya di bidang clothing. Ia tak segan-segan menggelontorkan dana besar untuk mengembangkan NuShock. Hasilnya pun cukup menguntungkan. Piyu mengaku omset di bisnis ini cukup besar asal bisa mencari pasar yang luas.
"Kita nyebarnya di luar Jawa, kalau di Jakarta ada di Thamrin City, Tebet dan baru buka di Bandung," tukasnya.
KapanLagi.com
Salain bermusik, Jerinx juga memiliki minat yang tinggi terhadap dunia desain. Pemilik Twice Bar ini sempat membangun sebuah clothing label bernama Lonely King. Namun brand ini hanya bertahan seumur jagung.
Belakangan, Jerinx jado visioner untuk brand clothing bernama Rumble. Sebenarnya ini adalah brand clothing milik Adi personel The Hydrant bersama kawannya, Komar. Jerinx tertarik ikut dalam usaha bisnis ini setelah melihat adanya 'pemberontakan' dalam tiap design ciptaan Adi.
Jerinx menyebut Rumble berbeda dengan clothing line yang ada di Bali dan Indonesia umumnya. Pasalnya, Rumble mengusung ideologi kecintaan terhadap budaya lokal dan tidak terpengaruh dengan tren yang cenderung seragam.
"Bentuk resistensi inilah yang melahirkan konsep 'Balinese Pride' yang Adi dan Komar ciptakan sebagai identitas RMBL pada awal mereka berdiri," tulis Jerinx di Facebook Rumble.
KapanLagi.com
Raka kini jadi nahkoda dari clothing line bernama Schitzo. Ia mendirikan brand ini pada tahun 2011 lalu. Awalnya, Schitzo terinspirasi dari kucing Raka yang tingkahnya tak bisa diprediksi, kadang ia diam, bisa juga gesit atau pun tidur-tiduran.
Apa yang membedakan Schitzo dengan clothing lain adalah dalam hal konsep desain. Raka ingin Schitzo seperti sebuah lukisan. Soalnya, konsep desainnya adalah art yang merupakan gabungan gambar seperti cat air dan pensil warna.
Perkembangan Schitzo cukup pesat meski hanya mengandalkan media sosial Facebook dan Twitter untuk membuka lapak. Kini, Raka bangga Schitzo sudah tersebar di hampir semua kota besar di Tanah Air. Selain itu, brand ini juga dipercaya untuk men-support band-band luar negeri seperti Not Called Jinx, Teen Heart dll.
KapanLagi.com
Dennis berharap Vers jadi sesuatu yang segar di pasar clothing saat ini. Mereka pun mengandalkan desain yang simple tetapi tetap menarik. Para fans Lyla pasti tidak ketinggalan untuk membeli dan mempromosikan produk Vers.
Pasar Vers sendiri sudah cukup luas. Sama seperti Piyu, target Vers juga mencakup kota dan daerah di luar Pulau Jawa. Kini, produk Vers sudah banyak diminati di Kalimantan, Lombok, bahkan Bali.
Nah, mana nih clothing line milik musisi favorit kalian?
1. Dochi PWG (Sunday Sunday)
2. Tantri Kotak (Loud & TSI)
3. Eno Netral (Racerkids)
4. Piyu (Nushock)
5. Jerinx (Rumble)
6. Raka Cyril (Schitzo)
7. Darma & Dennis Lyla (Vers)
Sudah baca?
6 Penampilan Terburuk Penyanyi Bawakan Lagu Kebangsaan
6 Lagu Untuk Kemenangan Jokowi Jadi Presiden Indonesia
7 Fakta Menarik Tentang Raisa Ini Wajib Banget Kamu Tahu!
6 Seleb Ini Berhasil Teruskan Sukses di Waktu Kecil