Diperbarui: Diterbitkan:
“Semangat, keberanian, kejujuran itu modal kita selama ini. Kita bermusik tahu keterbatasan masing masing. Nggak melebih-lebihkan nggak dikurang-kurangi. Kita mau berbagi dan komunikasi. Kita tahu kemampuan masing-masing,” kata Didit Saat di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (14/4).
Karena itu ESQI:EF tak pernah mematok target khusus. “Belum pernah kita ngomongin target. Karena kita punya tata cara komunikasi yang nggak usah ngomong tapi kita ngerti. Kita nggak suka banyak bicara verbal untuk menjelaskan setiap masalah," kata Syaharani.
"Beberapa hal akan running sendiri seolah kita punya telepati. Kadang-kadang dengan satu not aja bisa berkembang sendiri. Hidup terlalu banyak aturan kayaknya repot banget,” tambahnya.
Advertisement
Selain itu, Syaharani juga melihat jika pasar musik itu bisa diciptakan seiring dengan idealisme musisi menciptakan musik yang berkualitas. Singkatnya, musisi itu menciptakan pasar, bukan sekedar mengikuti pasar yang ada.
“Kalau secara pribadi aku ngeliat banyak musik untuk hiburan tapi ada musisi yang bikin musik untuk musisi. Sekarang media makin banyak, makin menggeliat musik tanah air. Sumber informasi gampang sekarang kita nggak bisa nutup mata musik mainstream lebih nanyak digemari tapi bukan berarti musik kita nggak ada tempat, di luar negeri musisi bikin musik yang bagus dulu baru bikin pasarnya,” imbuhnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/uji/trn)
Advertisement