Diterbitkan:
Saya sendiri tidak begitu mengenal KLa Project dan sepak terjangnya di blantika musik Tanah Air. Lewat salah satu stasiun radio favorit ketika masih menempuh masa putih abu di kota Cimahi, Jawa Barat, lagu berjudul Yogyakarta pun menjadi awal perkenalan saya dengan KLa Project.
Musik santai dengan lirik picisan selalu terngiang hingga akhirnya pada hari Rabu (26/8/2015), saya pun bertemu secara langsung dengan KLa Project dalam konser yang bertajuk Sudi Turun Ke Bumi di Kota Malang. Cuma Katon Bagaskara yang menjadi pusat perhatian saya malam itu.
Advertisement
Tapi begitu instrumen biola, saxophone, bass, drum, keyboard Adi Adrian, dan gitar Lilo KLa Project berpadu, suasana pun terasa berbeda. Para penonton yang didominasi orangtua pun segera menyambut kehadiran musisi idola mereka dengan riuh teriakan dan gemuruh tepuk tangan.
Katon Bagaskara akhirnya menyapa penonton dengan barisan puisi yang terbalut dalam kemegahan musik yang ada. Begitu mewah, akhirnya saya berhasil mendengar lantunan gitar dari Lilo meski hanya samar-samar.
Rupanya saya tahu, KLa Project sudah bukan tingkatan musik yang bisa dinikmati secara santai oleh telinga saya. Para personel KLa Project benar-benar pintar dalam memberikan sentuhan nada-nada yang membuat setiap lagu mereka terasa padat, harmonis, dan dinamis!
Begitu juga ketika Siska, salah satu kolaborator setia KLa Project hadir muncul ke atas panggung. Semarak para fans yang menyebut dirinya sebagai KLanese pun semakin memuncak. Tentunya saya cuma bisa duduk diam, menikmati musik berkelas sambil menahan rasa kagum pada setiap lagu dari setlist KLa Project malam itu.
Di tengah kemegahan konser itu, para penonton yang sudah memiliki keluarga dan sukses dalam karirnya itu lantas menjadi pemandangan yang menarik. Ya, sejumlah pasangan saling memegang tangan, merangkul satu sama lain, bahkan melompat-lompat di tempat.
Bahasa saya terlalu berlebihan? Mungkin saja. Tapi bagi saya pribadi, malam itu adalah momen yang menyenangkan melihat para fans KLa Project terus menyanyi hingga acara berakhir.
Di sisi lain, penantian KLanese Malang yang tertahan selama hampir lebih dari 20 tahun pun terbayar lunas. Saya sendiri tidak melihat adanya raut wajah kecewa di antara para orangtua yang hadir di acara itu.
Mereka memang bukan musisi favorit saya. Tapi, saya pribadi menganggap KLa Project adalah pahlawan para generasi 80 dan 90an yang sama sekali belum kehilangan pesonanya. Konsisten, namun KLa Project tetap berubah dan memilih menjadi grup musik yang lebih baik di usianya yang tak lagi muda.
Lewat konser KLa Project semalam, saya yakin musik Indonesia baik lawas maupun modern masih memiliki tempat dan kesempatan untuk terus mengisi hari-hari kita. Kalau menurut anda sendiri bagaimana?
(kpl/ntn)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/ntn)
Advertisement