Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Lagu Bengawan Solo adalah karya legendaris dari maestro keroncong asal Solo, Gesang Martohartono, yang telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Diciptakan dengan sentuhan sederhana namun penuh makna, lagu ini telah menjadi salah satu simbol musik Indonesia yang tak lekang oleh waktu.
Dari zaman ke zaman, Bengawan Solo terus hidup, baik dalam bentuk rekaman maupun penampilan langsung, dan kini kembali hadir dengan sentuhan baru yang lebih segar. Dikenal luas sebagai lagu yang menggambarkan keindahan Sungai Bengawan Solo, lagu ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dinyanyikan di berbagai belahan dunia.
Tak banyak yang tahu, bahwa lagu yang begitu ikonik ini berawal dari senandung dan goresan pensil Gesang pada secarik kertas bekas pembungkus rokok. Sebuah kisah sederhana yang melahirkan karya luar biasa yang terus dikenang hingga kini.
Seiring berjalannya waktu, Bengawan Solo telah diabadikan dalam berbagai rekaman oleh sejumlah penyanyi ternama, termasuk Gesang sendiri, Sundari Soekotjo, Tuti Maryati, Mus Mulyadi, dan Tetty Supangat. Lagu ini juga sering dibawakan oleh Waldjinah, si Ratu Keroncong, yang turut mempopulerkan lagu-lagu keroncong legendaris seperti Kembang Kacang dan Walang Kekek. Dengan pengaruh yang luas, Bengawan Solo telah menjadi bagian dari sejarah musik Indonesia yang tak terlupakan.
Advertisement
Lirik Bengawan Solo menggambarkan perjalanan air sungai yang mengalir dari mata air di Solo, melewati pegunungan, hingga akhirnya mencapai Laut Jawa. Seperti tertuang dalam salah satu bagian lirik, “Mata airmu dari Solo, terkurung gunung seribu, air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut,” lagu ini mengajak pendengarnya untuk merasakan keindahan alam dan kekuatan alam yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sepanjang sungai tersebut.
Credit: Istimewa
Menghadapi tantangan zaman yang terus berubah, Djakawinata Susilo, produser GNP Music, melihat pentingnya melibatkan musisi muda untuk memberikan aransemen yang inovatif, agar Bengawan Solo tetap relevan dengan generasi sekarang. Yunan Helmi, seorang penyanyi dan pencipta lagu yang baru-baru ini meraih penghargaan Theme Song Terkelas, terpilih untuk mempersembahkan versi terbaru dari lagu ini.
Dalam proyek ini, Yunan Helmi berkolaborasi dengan dua legenda musik Indonesia, Gesang dan Waldjinah, untuk menghadirkan nuansa baru yang menggabungkan unsur musik pop dengan keroncong.
Dalam rekaman terbaru ini, Yunan Helmi tidak hanya bernyanyi, tetapi juga melibatkan pemusik muda berbakat, Carmello Mahardika, yang memainkan flute dengan sangat memukau. Kehadiran Carmello dalam aransemen ini menambah kekayaan musik yang ada dalam Bengawan Solo. Lebih dari itu, Yunan juga mengajak empat penyanyi cilik dan remaja: Zahra Cama, Malaika Azura, Shanun Rahmani, dan Andrea Koo, untuk memperkenalkan lagu ini kepada generasi muda, agar mereka bisa merasakan kekuatan pesan yang terkandung dalam lagu legendaris tersebut.
“Sebuah kebahagiaan yang luar biasa bagi saya berkolaborasi dengan sang legenda hidup, Ibu Waldjinah, dalam master rekaman baru lagu Bengawan Solo, karya sang maestro Bapak Gesang (alm),” ujar Yunan Helmi dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Credit: Istimewa
Kolaborasi antara generasi lama dan baru ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan musikal antara masa lalu dan masa kini, sekaligus membawa pesan penting tentang nilai-nilai budaya Indonesia kepada generasi muda.
Ibu Waldjinah, yang sangat terkesan dengan sosok Pak Gesang semasa hidup, mengenang beliau sebagai pribadi yang sangat rendah hati dan selalu berbagi ilmu kepada para juniornya.
"Pak Gesang adalah pribadi yang hangat, humoris, dan supel. Beliau sangat dihormati dan disukai banyak orang sampai akhir hayatnya,” kenang Waldjinah dengan penuh penghormatan.
Dengan hadirnya versi terbaru Bengawan Solo ini, diharapkan lagu ini dapat menginspirasi dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dari masa ke masa. Kolaborasi antara Yunan Helmi, Gesang, dan Waldjinah ini memberikan bukti bahwa musik Indonesia, dengan segala kekayaan budayanya, mampu terus berkembang dan bertahan di tengah arus modernisasi.
Semoga karya ini tidak hanya menjadi penghormatan bagi sang maestro Gesang, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan generasi-generasi baru dengan kekayaan warisan budaya Indonesia.
Advertisement
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/pur/glk)
Advertisement