Diterbitkan:
Bisa menyelesaikan mastering album di tempat itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi Rafly (bass & vokal), Yudi (gitar), Egi (gitar), dan Adam (drum). Apalagi dahulu The Beatles sendiri melakukan hal yang sama di studio itu.
"Kami kan ngefans banget sama The Beatles. Kebetulan manajemen ngasih kesempatan," ucap Egi, saat dijumpai di Bloeming Resto, Senayan, Jakarta Selatan.
Tentu kocek yang dikeluarkan tidaklah murah. Akan tetapi, mereka puas bisa melakukannya di sana dan hasil yang didapat, sesuai dengan kualitasnya.
Advertisement
"Di sana teknologi untuk alat mastering lebih maju. Kami kirim data via online, mereka sudah paham musiknya mau dibawa kemana," jelas Egi.
Dalam album yang berisikan 10 lagu itu, The Banery menceritakan tentang perjalanan karir mereka mulai dari titik terendah hingga akhirnya bisa menjuarai kompetisi LA Lights Indiefest 2008, dan terus bertahan hingga sekarang.
Meski kehilangan satu personel, mereka tetap mempertahankan ciri khas dasi kupu-kupu tiap kali tampil di depan para penggemarnya. Alirannya pun masih tetap sama, yakni sunshine pop.
"Kalau di-Indonesia-in, pop ceria gitu deh. Lirik apapun yang kami bawakan, mau itu sedih atau marah, musiknya tetap ceria," tutup Fadly.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/aal/ntn)
Advertisement