Arian Seringai: Yang Kayak Agnes Mo di Amerika Itu Banyak Banget!

Penulis: Risang Sudrajad

Diperbarui: Diterbitkan:

Arian Seringai: Yang Kayak Agnes Mo di Amerika Itu Banyak Banget! Arian Seringai © facebook.com/Seringai
Kapanlagi.com - Melebarkan sayap ke industri musik internasional tentunya menjadi mimpi bagi setiap musisi. Tentunya, banyak cara yang bisa dipakai untuk meraih impian tersebut. Salah satu wujud nyata yang saat ini sangat lazim dilakukan oleh para musisi kita adalah dengan merilis lagu berbahasa asing.


Tak bisa dipungkiri lagi, fenomena ini sudah sangat menjamur di industri musik Indonesia. Bisa dibilang, hal itu (mungkin) bisa memperbesar kesempatan bagi para musisi kita untuk dikenal di pasar internasional. Sebenarnya tak ada yang salah dengan hal ini, namun satu pandangan berbeda diutarakan oleh Arian, vokalis band Seringai.


Menurut vokalis dengan nama asli Arian Arifin ini, merilis lagu dengan bahasa asing ternyata bukan merupakan satu langkah yang tepat. "Entah itu rilisan berbahasa Inggris atau bukan, toh ada beberapa band yang rilisannya bukan memakai bahasa Inggris tapi go internasional," ujar Arian seperti yang dilansir oleh Merdeka.com.


Arian ungkap pendapatnya tentang dunia musik saat ini © Kapanlagi.com®/Agus ApriyantoArian ungkap pendapatnya tentang dunia musik saat ini © Kapanlagi.com®/Agus Apriyanto


Pandangan Arian ini memang cukup beralasan. Pasalnya, tolak ukur keberhasilan seorang musisi pastinya bukan diukur dari penggunaan bahasa asing di dalam lirik lagunya. Dengan kata lain, bahasa asing bukanlah jaminan pasti dari sebuah karya berkualitas. Karya (rilisan) lah yang tetap menjadi wujud nyata atau bukti kualitas dari seorang musisi tersebut. Coba deh bayangin, emang ada pendengar yang mau membeli CD, kaset atau apapun hanya karena liriknya yang pakai bahasa asing bukan karena musiknya yang berkualitas?


"Ya pasti mereka punya harapan tertentu ya ingin dikenal secara internasional. Tapi menurut gue langkah-langkahnya, mungkin bisa jadi kurang tepat. Mungkin menurut gue kalau lo mau go international, langkahnya, kaya gini deh Indonesia pusat bisnis industri musiknya di Jakarta. Lo band dari luar daerah itu mungkin harus pindah dulu ke Jakarta, lo bikin sesuatu dan punya rilisan untuk satu Indonesia dan kemudian lo balik lagi ke daerah lo. Sama seperti di Indonesia. Mungkin nih pusat Industri musik ada di Eropa, Amerika atau Jepang. Oh ya udah, lo harus kejar ke situ untuk membuat rilisan," tambah pelantun lagu Program Party Seringai tersebut.


Bila diibaratkan sebagai seorang prajurit, rilisan adalah tombak seorang musisi untuk menggebrak pasar. Sejalan dengan hal tersebut, para pemerhati dunia musik pun pastinya nggak buta untuk menilai mana karya yang berkualitas atau hanya dirilis untuk sekedar numpang beken saja.


"Entah itu rilisan berbahasa Inggris atau bukan, toh ada beberapa band yang rilisannya bukan memakai bahasa Inggris tapi go international. Karena pertama karya mereka memang bagus, terus akhirnya mereka dapat distribusi Internasional," kata Arian


Arian sebut karya paling utama di dunia musik © Kapanlagi.comArian sebut karya paling utama di dunia musik © Kapanlagi.com


Arian juga menambahkan bila para musisi tak bisa hanya mengandalkan nama besar mereka di dalam negeri saja untuk berkiprah di luar negeri. Harus ada satu bukti otentik (album/lagu) terbaik yang nantinya bisa mereka perkenalkan di pasar internasional. Bukan hanya jualan lirik bahasa asing namun kosong kualitas dong pastinya.


"Maksudnya, gue mau go internasional, mau main di Amerika, main di ini, di ini. Lo mau maen di Amerika, di Chicago tapi orang nggak bisa beli CD lo buat apa juga. Lo mungkin bisa bawa ke sana, tapi bisa bawa berapa sih untuk dijual dan lo manggung belum tentu semua orang juga bisa beli kan. Kalau lo sudah punya rilisan di sana, sama saja kaya di sini akan bisa go international," ujar vokalis penuh tato itu.


Apalagi dunia juga nggak sesempit daun kelor. Di atas awan juga masih ada awan. Maksudnya, pasti masih ada penyanyi atau musisi lain yang lebih bisa mencuri perhatian karena kualitas mereka, entah itu di negara A atau negara B. Satu yang jelas, karya biasa-biasa saja tak akan bisa bertahan lama di tengah ramainya persaingan panas industri musik. Harus selalu ada satu gebrakan baru dan bermutu demi menjaga atau bahkan melebarkan sayap.


"Akhirnya kembali lagi ke karya kan. Akhirnya karyanya nggak gimana-gimana. Susah sih, misalnya kayak Agnes, dia mau go international, dia kenalan dengan produser ini, A atau B, gue sih emang nggak ngikutin ya. Tapi yang gue lihat, yang kayak Agnes di Amerika itu banyak banget. Jadi untuk tembus ke sana memang susah. Jadi memang harus membuat sesuatu yang spesial. Tidak hanya memakai jeans dan batik di suatu kali begitu," pungkas Arian.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(mdk/abl)

Editor:

Risang Sudrajad

Rekomendasi
Trending