Taman Bermain Itu Bernama 88Rising!

Penulis: Natanael Sepaya

Diterbitkan:

Taman Bermain Itu Bernama 88Rising! 88Rising - Rich Brian © Istimewa

Kapanlagi.com - Sekarang, 88Rising adalah taman bermain para penggiat dan penikmat musik hip hop. Bahkan untuk para pelaku industri musik utama yang dikagetkan dengan kemunculan beberapa rapper Asia seperti Joji, Higher Brothers dan tentu saja Rich Brian (Brian Immanuel). Juga, kehadiran 88Rising pun cukup untuk mematahkan semua pretensi tentang Dunia Barat sebagai penghasil utama tren musik hip hop.


Semua itu tak lepas dari setiap artis yang dimunculkan hingga guyonan dan konten yang disajikan 88Rising dengan menggunakan digital sebagai basisnya. Ketika Dat $tick meledak, tak butuh waktu lama untuk Rich Brian yang dinaungi 88Rising menjadi viral dan menjadi bocah idola banyak orang. Hanya saja, apa sebenarnya 88Rising? Apakah mereka adalah sekumpulan orang yang membangun label dengan sedikit keberuntungan?


"88Rising adalah semuanya. Ethos utama kami adalah, kami ingin mengedepankan semuanya. Bukan seperti, 'hey, kami sedang mencoba mengubah persepsi orang-orang tentang orang-orang Asia,' kami melakukannya dengan cara menghidupinya," ujar Sean Miyashiro selaku founder 88Rising, dilansir dari dari Pitchfork.


© instagram.com/88rising© instagram.com/88rising


Boleh dibilang perusahaan media yang berada di Amerika ini berhasil meraih tujuannya. Dalam kurun waktu singkat, Rich Brian berhasil bekerjasama dengan Skrillex dan Diplo yang menggeser posisi Justin Bieber di versi terbaru single Bankroll. Setelah itu, Rich Brian berhasil meraih total streaming terbesar bersama album AMEN dan mengalahkan album DAMN milik Kendrick Lamar yang meraih Grammy Awards. Ya, Kendrick Lamar boleh berkata 'damn' untuk hal ini, ha!


Oke, kita tidak akan fokus membahas Brian Immanuel yang memilih moniker Rich Brian untuk menunjukkan keseriusannya dalam bermusik, karena artis Asia lain yang bernaung di bawah 88Rising pun sudah mulai mencuri perhatian banyak orang. Mulai dari Joji, Higher Brothers hingga Niki.


Seperti Joji yang merupakan Japanese-Australian lo-fi R&B artist. Selain musik yang ia tawarkan, ada hal menarik yang membuat saya harus mengorbankan sekitar 1 menit lebih dari waktu saya, menonton pertandingan Beyblade antara Joji dan Lil Yachty. Aneh bagi Lil Yachty, tapi kita yang berasal dari Asia mungkin bisa sedikit tertawa melihat ekspresinya yang menang dari Joji. Oke, cukup weird? Bagaimana dengan konten video Saigon Has No Label di channel YouTube 88Rising?


© instagram.com/88rising© instagram.com/88rising


Sejumlah seniman Vietnam bekerjasama untuk merepresentasikan kultur kain di kota mereka dengan cara yang berbeda melalui tampilan audio-visual. Inilah 88Rising, sebuah media yang mempublikasikan seni, musik dan kultur dengan menjadikan digital sebagai basis utama penyebarannya. Dalam hal ini, Asia jadi fokus utamanya.


Kembali ke Sean Miyashiro, orang di balik kemunculan 88Rising yang mengawali langkahnya bersama tim dari VICE untuk membentuk outlet musik elektronik bernama THUMP. Meski pergi dari THUMP pada tahun 2015, namun hal tersebut justru memancing Sean untuk memulai sesuatu yang baru dengan menawarkan sederet hal menarik dan unik dari Asia, 88Rising.


"Dari sudut pandang bisnis, VICE menjalankannya seperti mesin. Aku benar-benar bekerja keras, dan bekerja setiap akhir pekan. Itu mengajarkanku etos kerja mengagumkan yang diterjemahkan dengan baik dalam 88Rising; Kami punya keuntungan untuk membangun sesuatu yang bersejarah dan mengagumkan di mana semua orang yang bekerja untukku harus bekerja keras. Kita bukan cuma efisien dalam produksi tapi juga mengeksekusinya dengan sangat baik, dan itu hal besar yang membuat kami masih ada di sini sampai sekarang," jelas Sean Miyashiro, seperti dilansir dari Forbes.



Semua digital platform yang ada saat ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Sean. Mulai dari aplikasi seperti Musical.ly, Vine, hingga Instagram diubah menjadi paket yang memasarkan musik pop; menjualnya secara global, mengatur ketertarikan sosial terhadap penjualan musik yang ada, sendirian. Dari sinilah keunikan 88Rising semakin terlihat.


Musik seakan jadi komoditas utama yang dikedepankan, namun secara tidak sadar beberapa konten lain pun mulai menjadi hal baru yang ditawarkan oleh 88Rising. Perusahaan ini mulai memproduksi non-musical video series seperti kuliner, minuman, seni secara visual, hingga konten video seperti pertarungan Beyblade. Belum lagi hubungan kuat antara para artis di dalam 88Rising dengan berbagai kultur internet yang ada di YouTube, Instagram maupun platform sejenis lainnya.


Joji misalnya, di mana ia membuat original clip di balik Harlem Shake meme pada tahun 2013. Kemudian Rich Brian yang berbicara dan membawakan rap dalam bahasa Inggris tanpa aksen. Ia tumbuh dengan menyerap dan mempelajari selera humor Amerika melalui memes dan konten video di YouTube. Berbagai kultur dan selera inilah yang dikonversikan Sean ke dalam strategi pemasaran, meski kemudian memes bukan jadi hal utama lagi sejak Rich Brian membuang moniker pertamanya, Rich Chigga, yang melesatkan tren tersebut dalam single Dat $tick.


© instagram.com/brianimanuel© instagram.com/brianimanuel


Padahal, di tahun 2017 Kev Nish dari Far East Movement sempat mengatakan (dimuat dalam Buzzfeed) untuk para artis Asian-American untuk mengawali langkah karirnya di Asia karena kesempatan yang terbuka luas, sebelum fokus berkarir di Amerika. Jelas ini hal yang sangat kontras jika dibandingkan dengan apa yang 88Rising coba terapkan dan lakukan di industri entertainment Amerika.


"Jujur saja, artikel itu membuatku merasa sedikit aneh, karena itu benar-benar berlawanan dengan apa yang kami lakukan. Ini bukan seperti kami kesulitan untuk meraih daya tarik di Amerika, sampai kami harus pergi ke Asia dan mencari penggemar. Nyatanya, banyak orang Asia yang meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di Amerika. Bahkan untuk orang seperti Keith Ape (Korea) yang awalnya sama sekali tidak bisa berbicara bahasa Inggris dan bermasalah untuk menyesuaikan keadaan dengan kultur Amerika," tegas Sean.


Namun 88Rising memiliki misi yang lebih besar daripada sekedar berjualan dan mempromosikan hal-hal yang ada di Asia. Jika melihat apa yang Sean Miyashiro dan teman-temannya lakukan, 88Rising seolah mencoba membuktikan kalau sebuah perusahaan tak terbatas pada orang-orang yang tumbuh dan hidup sedari kecil bersama komputer dan internet (digital-only), melainkan menggunakannya untuk melawan logika konvensional tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai sukses dalam sebuah industri musik.



Selain itu Sean juga memiliki Disney dalam cara berpikirnya, ketika ia memulai 88Rising untuk pertama kalinya di YouTube. "Banyak perusahaan hip hop di YouTube yang hanya mencakup kulturnya, mereka tidak benar-benar membuat kultur. Cakupan mereka memang luas, cukup keras dan berisik, mungkin kalau hip hop diibaratkan akan seperti TMZ. Menurutku kamu perlu melihatnya dari sudut pandang Disney, dalam konteks mewujudkan sebuah imajinasi daripada sekedar melakukan sesuatu yang sudah ada," aku Sean.


Hebat, mengingat apa yang dilakukan 88Rising berhasil membuat orang-orang di Amerika mengatakan 'wow, itu keren' dengan apa yang dilakukan orang-orang Asia. Tapi menariknya, 88Rising melakukan itu dengan menggunakan kebiasaan dan tren di Amerika untuk menawarkan apa yang menjadi kultur serta sub yang ada di Asia.


Setiap konten yang ditawarkan memang serius, tapi jangan lupakan bagaimana 88Rising menyajikan musik, seni, hingga kultur yang ada dengan fun dan bahkan bisa saja berada di luar bayangan maupun imajinasi orang-orang Amerika. Pada akhirnya, 88Rising memang lebih terasa seperti taman bermain untuk para artis Asia yang bisa secara bebas mewujudkan sisi imajinasinya di negeri Adidaya tersebut.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/ntn)

Editor:

Natanael Sepaya

Rekomendasi
Trending