Diterbitkan:
Memang saat ini Sri Redjeki sedang gencar promo album di berbagai kota di Jakarta, Bandung, Surabaya dan juga luar Jawa, seperti Palembang, Lampung dan Makassar.
Gaya aksi panggung mereka memang sangat kocak, Sri Redjeki memotret manusia dan kehidupannya yang kadang mengundang tawa sinis. Atraktif dan kreatif, namun sekaligus menawarkan musikalisasi harmonis untuk mengocok perut.
"Gaya nge-band kita memang berbeda dengan band lain, bahkan para fans kita sering bilang musik kita ya aliran Sri Redjeki," ujar Maman, salah satu personil saat ditemui Kapanlagi.com di Studio Oase, Yogyakarta, Jumat (6/6).
Advertisement
Sri Redjeki beranggotakan 9 personel, yang semuanya adalah jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) pada Jurusan Teater, Etnomusikologi, dan Seni Rupa. Mereka adalah Doddy (vokal), Cahya / Yaya (biola), Gundul / Ibnu Widodo (vokal), Tony Steve / Muh. Sultoni Alkautsar (vokal), Dhani / Ramdhani Mangku Alam (vokal), Maman / Satriawan (ukulele, flute & back vocal), Dading / Dading Jadmika Ernawan (drum & perkusi), Yoga / Yoga Hendriawan (gitar), Chedhel / Adhi Sakti (bass).
Kalau dibilang band ini tidak pernah muncul karena mereka memang sedang konsentrasi untuk promo album di luar Jogja. Mereka selama setahun terakhir ini menetap dan berkonsentrasi di Jakarta.
Selain itu, mereka juga banyak manggung di beberapa kota, mulai dari Jakarta, Purwokerto, Cilacap, Purworejo, Blitar, Kediri hingga Palembang. "Kami tidak mau hanya terkenal di kandang sendiri aja, makanya kita banyak main di luar kota Jogja," ujar Niko, Manajer Sri Redjeki.
Untuk album, rencananya mereka akan me-launching album kedua pada akhir 2008. Lagu-lagunya masih bertema seputar persoalan kehidupan sosial, kritik hingga lagu-lagu bertema cinta. Rencananya bisa merilis sampai 15 lagu. Di lagu tersebut akan banyak kritikan pemilu.
"Mudah-mudahan sudah bisa rilis pada kampanye pemilu mendatang, agar bisa tepat sasaran kritik-kritik yang kami lontarkan," ujar Maman.
Nama Sri Redjeki berasal dari kata 'Sri' yang berarti Dewi Kesuburan (Dewi Sri) dan kata 'Redjeki' yang berarti Rizki (anugerah atau rahmat dari Sang Pencipta), maka nama Sri Redjeki dapat menjadikan suatu keberuntungan bagi kelompok musik ini dan bagi seluruh masyarakat penikmatnya bahkan bagi dunia musik itu sendiri.
Pada mulanya Sri Redjeki hanya mengisi acara yang diselenggarakan oleh sekolah sekolah dan kampus kampus di Jogja. Dalam setiap pentasnya, Sri Redjeki selalu menyuguhkan performance yang segar ala Sri Redjeki.
Aksi panggung serta lagu-lagu yang lucu dan unik ditambah kostum dan rias yang menarik membuat Sri Redjeki layak dinikmati masyarakat, khususnya antara usia 12 th sampai 50 th.
Selalu interaktif dan tidak monoton merupakan salah satu rahasia Sri Redjeki untuk tetap menarik dan menghibur. Sri Redjeki sangat berbeda dengan grup musik yang lain, mulai dari performance, warna musik bahkan instrument yang digunakan.
"Kami memandang musik Sri Redjeki seperti air yang mengalir. Apa yang ada di depan mata, kita laksanakan. Itu saja, dan tidak perlu muluk-muluk karena kita lebih mencintai proses daripada mengharapkan hasil," tutur Maman.
Lirik lagu mereka banyak mengangkat tema-tema sosial, percintaan, juga kriminal, yang dikemas apik secara parodi. Itu misalnya terlihat pada penggalan lirik lagu berjudul Watu Cilik. Chedhel, salah satu personil, mendefinisikan musik Sri Redjeki adalah 'musik penghuni surga'.
Maksudnya mereka ingin selalu memanjakan penonton dengan aksi panggung yang segar, lagu-lagu lucu dan unik, kostum dan rias yang menarik, dan ditambah narasi pengantar lagu yang bernuansa humor.
"Meski lirik lagu yang bernuansa dangdut yang rancak itu kelihatannya asal, ada pesan moral sekaligus kegelisahan akan keadaan sosial," ujarnya.
Sri Redjeki punya kiat tersendiri untuk menjaga kekompakan. Dalam seminggu ada dua kali pertemuan untuk kumpul, mereka isi dengan latihan bareng. Kalau habis nge-band bareng, mereka selalu kumpul untuk makan bareng.
"Soalnya kita juga punya kesibukan masing-maisng, jadi kalau sudah ada jadwal kumpul, semua harus bisa datang," jelas Niko.
Sri Redjeki juga punya harapan untuk band-band Indonesia. Mereka berharap band-band tersebut bisa membuat warna baru. Bisa mengeluarkan ekspresi, jangan hanya mengikuti band-band yang sudah terkenal saja.
"Jangan pada bisa niru saja, tetapi tidak bisa buat aliran yang baru dalam bermusik," ujar Maman. Kehadiran Sri Redjeki di atas panggung, tentu makin memanjakan masyarakat musik Jogja dan juga Indonesia.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/tia/bun)
Advertisement