Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Eksis sebagai grup musik selama 2 dekade lamanya membuat The Groove menjadi salah satu nama yang berpengaruh dalam dunia musik tanah air. Eksis sebagai bagian dari generasi unit musik angkatan 90an, di mana sumber informasi sebagian besar masih dipengaruhi chart video klip acara TV yang masih eksis sampai sekarang.
Memulai karier sebagai band yang secara rutin manggung keliling kafe di area Bandung, The Groove enggak menghabiskan waktu terlalu lama untuk kemudian memutuskan masuk dapur rekaman.
“Emang kita dari awal itu punya visi nggak boleh terlalu lama main di kafe, udah punya visi untuk rekaman. Main di kafe ini (tujuannya) adalah untuk ngumpulin massa.”
Advertisement
Dengan warna karakter musik yang udah ditempa dengan jam terbang yang tinggi dan massa yang udah mereka kumpulkan selama manggung secara reguler di kafe-kafe, major label dengan cepat merekrut The Groove sebagai salah satu grup lokal pelopor paduan gaya musik dengan pengaruh acid jazz dan soul yang kental.
Sejak saat itu, The Groove telah menghasilkan berbagai karya berkualitas dan menghasilkan beberapa rilisan klasik lintas era. Hal itu dapat kita lihat lewat salah satu lagu ciptaan The Groove yang berjudul ‘Dahulu’. Dalam beberapa tahun terakhir, lagu tersebut kerap muncul lagi ke permukaan dalam arus trend kebangkitan musik lokal dan kemudian mampu mendatangkan generasi baru penggemar musik The Groove—mencanangkan posisi mereka sebagai unit musik yang bisa bertahan untuk tetap relevan di masa kini dan nggak lekang oleh waktu.
Mendirikan sebuah grup musik yang bisa bertahan selama berpuluh-puluh tahun memang bukan tugas mudah. Enggak ada formula yang pasti dalam mencapai tujuan tersebut, setiap band pasti punya caranya sendiri-sendiri. Tapi, apa aja sih faktor-faktor pendukung yang penting dalam membangun dan mempertahankan sebuah grup musik seperti The Groove? Berikut ini adalah tips-tips dari para anggotanya!
The Groove sendiri dalam perjalanannya telah mengalami pasang surut dan beberapa kali perubahan formasi. Pernah ada beberapa anggota yang keluar dan digantikan. Ada juga anggota yang pernah keluar untuk solo karir tapi kemudian bergabung lagi setelah sekian lama. Tapi meski telah mengalami itu semua, menurut mereka adanya bond atau ikatan pertemanan yang kuat antar anggota mampu mempertahankan The Groove hingga bisa tetap eksis sebagai unit musik sampai sekarang.
“Ada bond yang harus dipelihara, bond itu yang bikin tetap terikat. Adanya bisa dari kebutuhan, dari kecocokan, atau asyik ngobrol.”
Menjaga konsistensi dalam berkarya juga adalah hal yang terpenting menurut The Groove. Walaupun tiap orang udah sama-sama memahami karakter partner satu tim, mereka merasa harus tetap saling menjaga hasrat atau passion dalam berkarya bersama. Dengan sistem dan konsistensi berkarya yang terjaga, tiap anggotanya juga dapat saling mengisi energi kreatif dan memperkuat ikatan yang udah terbangun lama dalam tubuh The Groove.
“Konsisten dalam artian kita konsisten bikin karya (bareng-bareng). Itu kan sama dengan pekerjaan lain, di kantor kan juga kita setiap hari kerja dengan karyawan lain.”
Dalam pengalaman karir musik selama lebih dari 20 tahun, The Groove beranggapan bahwa tingkat profesionalisme yang udah terbentuk pada setiap anggotanya adalah hal yang juga membuat mereka bisa tetap eksis sampai sekarang. Setiap anggotanya mampu memahami porsi dan perannya masing-masing. Dengan kedewasaan yang mereka miliki sekarang, The Groove bisa menyeimbangkan kebutuhan profesionalisme dan idealisme untuk setiap anggotanya.
“Kita merasa hidup kita ini dari sini. Jadi ini udah bukan cuma passion lagi, ini adalah pekerjaan yang kita jalanin. Jatuhnya ya kita berusaha gimana caranya mempertahankan pekerjaan itu. Jadi otomatis harus ada dedikasi dan profesionalisme gitu. Itu mungkin yang bikin kita bertahan.”
Setelah melewati berbagai fase dan bermacam permasalahan yang biasa dialami sebuah band, The Groove udah mencapai titik di mana visi dan tujuan mereka dalam menjalani karir musik bersama dalam sebuah band udah selaras. Penyesuaian tujuan itu datang dari masing-masing personilnya. Hal itu menurut mereka menjadi kunci dari keberhasilan semua misi aktivitas mereka. Mulai dari yang jangka pendek, hingga yang berjangka panjang.
“Dulu di awal-awal kita punya mimpi yang tinggi banget. Sesuai sama umur sih. Memang punya mimpi tinggi itu bagus, tapi ntar ada masa-masanya itu mulai bercampur sama kenyataan hidup. Antara mimpi idealisme dan realita.”
“Penyesuaian-penyesuaian itu membawa kita menyadari apa arti band itu buat setiap personilnya. Apakah untuk mencapai gairah bermusik tok, ataukah sebagai penyambung hidup, ataukah dua-duanya itu harus dibahas semua.”
Sebagai grup musik lintas era, The Groove mengakui harus berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai hal. Mengikuti perkembangan zaman dengan tetap menjaga identitas diri sebagai band adalah elemen yang juga nggak kalah penting. Mengikuti perkembangan teknologi seperti perubahan teknik analog ke digital, menggunakan platform online untuk marketing, atau memanfaatkan panggung virtual di masa social distancing seperti sekarang ini adalah beberapa hal yang mereka lakukan sebagai praktik nyata dari adaptasi itu tadi.
“Sebetulnya sekarang lebih gampang. Dulu kita main di kafe aja mempersiapkan lagu yang berbeda aja cari referensinya susah, sekarang udah gampang banget. Rekaman juga sekarang lebih gampang teknisnya. Gue gak bilang semuanya jadi lebih gampang, tapi tergantung cara adaptasinya juga.”
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/wri)
Advertisement