Jikustik Rayakan 29 Tahun Berkarya, Lagu-Lagunya Sarat Makna Spiritual

Penulis: Tantri Dwi Rahmawati

Diperbarui: Diterbitkan:

Jikustik Rayakan 29 Tahun Berkarya, Lagu-Lagunya Sarat Makna Spiritual
Jikustik (Credit: Istimewa)

Kapanlagi.com - Hampir tiga dekade berkarya, Jikustik merayakan 29 tahun perjalanan mereka di industri musik Indonesia. Perayaan ini menjadi momen refleksi bagi para personel dan penggemar untuk mengenang kisah-kisah yang tertuang dalam karya-karya mereka selama ini. Dari panggung ke panggung, mereka berhasil menciptakan jejak yang mendalam di hati para pendengar setianya.

Sejak debutnya pada tahun 1996, Jikustik telah merilis lebih dari 14 album yang menyimpan beragam cerita. Band yang dikenal lewat lagu-lagu romantis ini ternyata tidak hanya menyuguhkan kisah cinta antara dua insan, tetapi juga menyisipkan makna spiritual yang dalam. Hal ini mungkin belum banyak disadari oleh para penggemar yang selama ini mengasosiasikan lagu-lagu mereka dengan kisah asmara.

Salah satu lagu mereka yang sering disalahartikan adalah Puisi. Selama ini, lagu tersebut dianggap menggambarkan kisah cinta pasangan sejoli. Namun, Ardi Nurdin, gitaris Jikustik sekaligus pencipta lagu ini, mengungkapkan bahwa lagu tersebut sebenarnya adalah refleksi hubungan manusia dengan Tuhan.

1. Nuansa Spiritual

"Liriknya mencerminkan ketulusan, pengharapan, serta kerinduan seorang hamba kepada Penciptanya. Tapi nuansanya memang universal, jadi banyak yang mengartikan sebagai lagu cinta," ujar Ardi saat ditemui belum lama ini.

Nuansa spiritual juga hadir dalam lagu Takkan Berpaling Dari-Mu, yang diciptakan oleh Aji Mirza Hakim atau Icha Jikustik. Lagu ini secara eksplisit menggambarkan pengharapan seorang hamba untuk tetap teguh di jalan Tuhan. Icha menuturkan bahwa lagu ini adalah bentuk pengingat akan kasih dan anugerah Tuhan yang senantiasa menerangi setiap langkah hidup manusia.

"Kami meyakini bahwa puncak tertinggi dari cinta seorang insan adalah ketulusan cintanya kepada Tuhan Semesta Alam. Itulah yang mendasari banyak karya kami. Namun, lagu-lagu kami sering kali ditafsirkan secara beragam oleh pendengar, termasuk sebagai kisah cinta antara dua sejoli," ujar Icha, yang kini berperan sebagai vokalis sekaligus pemain bass Jikustik.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Cerminan Perjalanan Hidup

Ardi pun menambahkan bahwa setiap karya Jikustik selalu mencerminkan perjalanan hidup para personelnya. Baginya, relevansi lagu-lagu mereka dengan kisah hidup banyak orang adalah pencapaian terbesar bagi seorang musisi.

"Bagi Jikustik, setiap karya bukan sekadar rangkaian nada dan lirik, tetapi juga cerminan perjalanan hidup kami sebagai pelaku seni," ungkap Ardi.

Pada perayaan 29 tahun ini, Jikustik juga mengadakan sesi khusus di mana mereka berbagi kisah di balik lagu-lagu hits mereka. Para personel menceritakan proses kreatif mereka dan bagaimana lagu-lagu tersebut ternyata memiliki interpretasi yang beragam di mata pendengar. Momen ini menjadi ajang bagi para penggemar untuk lebih memahami filosofi di balik karya-karya Jikustik.

3. Rasa Terima Kasih

Selain mengungkap makna lagu-lagunya, Jikustik juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para pendukung setianya, yang dikenal sebagai Jikustikan. "Terima kasih dan penghormatan setinggi-tingginya kepada seluruh Jikustikan yang selalu mendukung kami serta menjadikan setiap karya kami bagian dari perjalanan hidup mereka," ucap Icha.

Ia pun berharap bahwa di perayaan tiga dekade Jikustik tahun depan, lagu-lagu mereka dapat terus memberi makna, tidak hanya terdengar di telinga, tetapi juga hadir dalam kehidupan para penggemar. "Semoga semakin banyak karya kami yang bisa menjadi teman dalam setiap perjalanan hidup mereka," ujar Icha menutup pernyataannya.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending