Diperbarui: Diterbitkan:
Kehilangan sosok yang juga akrab disapa SAS ini tentunya menyisakan kepedihan bagi insan musik tanah air. Bagaimana tidak, tak hanya di Indonesia, namanya bahkan sudah besar di luar negeri.
Dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur tanggal 30 Juni 1935, SAS tekun dalam passion musiknya hingga mampu menempuh pendidikan formal di Sekolah Musik Indonesia 'Semind' Yogyakarta.
SAS juga berhasil mendapatkan beasiswa untuk terbang ke Ecole Normale de Musique. Namun, semua itu hanya sekedar pendidikan formal baginya. Slamet memiliki sebuah standart khusus untuk musiknya.
Advertisement
Salah satu ajarannya yang selalu diingat adalah musik sesungguhnya dimulai dari sesuatu yang diam. Dia juga menekankan bahwa musik bukan hanya eksklusif milik kaum seni saja. Lebih dari itu, tepukan tangan hingga bunyi gesekan sapu juga merupakan sebuah musik baginya.
Hal inilah yang membuatnya berbeda dan diakui menjadi salah seorang komponis ternama Indonesia. Reputasi besarnya juga disertai dengan berbagai penghargaan seperti Piringan Emas dari Académie Charles Cros di Perancis dan Anggota Kehormatan di Akademi Jakarta untuk seumur hidup (2002).
Sosok Slamet Abdul Sjukur sepertinya sulit untuk lahir kembali. Namun, semua karya besarnya akan tetap terus abadi di dunia musik dan seni Indonesia. Ide musiknya yang dikenal sebagai Minimaks akan tetap hidup di hati setiap insan musik.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/abl)
Advertisement