Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Tidak bisa dipungkiri kalau sampai hari ini para musisi dan industri musik masih terus menghadapi persoalan mengenai pembajakan. Ari Juliano dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pun mengibaratkan para pembajak dan konsumen karya bajakan seperti orang yang kecanduan obat-obatan terlarang.
"Berbicara manfaat ekonomi yang didapat, ada pembajakan. Masalahnya soal harga, distribusi tidak merata, akhirnya cari bajakan. Ketiga adalah kecanduan terhadap bajakan. Orang-orang Jakarta sudah terdidik, masih aja konsumsi (yang bajakan). Dia tahu salah, tetapi tetap aja dikonsumsi. Ini sudah kayak kecanduan rokok atau narkoba, susah. Tetapi soal harga dan distribusi kami lagi cari solusinya," ujar Ari saat ditemui bersama Tompi dan Glenn Fredly di acara MusikBagusDay, Cilandak Townsquare, Jakarta Selatan, Kamis (9/3).
Lebih jauh, ia pun mengungkapkan kalau pembajakan hari ini semakin sulit untuk diberantas. Selain massive, selalu ada cara baru bagi para pembajak merampas sebuah karya. Sedangkan di sisi lain, Ari mengungkapkan kalau ia dan Bekraf juga masih mengusahakan agar para musisi tetap mendapat hak atas karya-karyanya.
Advertisement
"Pembajakan, sekarang dibasmi razia besok muncul lagi. UU hak cipta munculkan lagi lembaga manajemen kolektif nasional. Musisi-musisi senior mikirin gimana. Yang musisi perlu ketahui, musisi tidak bisa dapat royalti kalau tidak tergabung ke LMK. Bergabunglah sehingga dipastikan ada porsi yang dibayarkan. Itu cara agar hak ekonomi bisa dibayar. Bekraf sudah bicara dengan BPJS buat skema untuk pelaku kreatif yang penghasilannya naik turun. Itu upaya yang kami coba optimal," lanjutnya.
Sedangkan untuk masalah kecanduan pembajakan, Ari Juliano mengungkapkan kalau saat ini Bekraf terus gencar untuk membuat aplikasi hingga memikirkan solusi lain. Menurutnya, saat ini edukasi lebih baik diarahkan pada generasi muda sehingga diharapkan pembajakan bisa berkurang secara signifikan pada beberapa tahun mendatang.
"Soal kecanduan, ujung-ujungnya edukasi. Bekraf sudah gencar bikin aplikasi BIMA. Sampai akhirnya kami berpikir edukasi kita harusnya ditujukan ke anak-anak sekolah-sekolah, menyiapkan generasi muda sebelum mereka kecanduan. Hasilnya gak sekarang, tetapi 5 sampai 10 tahun ke depan," pungkasnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/aal/ntn)
Advertisement