Mengenal Ireng Maulana, Legenda Jazz Tersohor Indonesia

Penulis: Sanjaya Ferryanto

Diterbitkan:

Mengenal Ireng Maulana, Legenda Jazz Tersohor Indonesia Ireng Maulana © Kapanlagi
Kapanlagi.com - Di tengah pesta kaum jazz tanah air di gelaran Java Jazz Festival akhir pekan ini, salah seorang legendanya tutup usia. Ireng Maulana meninggal dunia, Minggu, 6 Maret 2016 dini hari tadi. Ia tutup usia di umur 71 tahun.

Kabar duka ini antara lain disampaikan akun Twitter promotor jazz Peter F. Gontha. "Baru meninggal dengan tenang karena serangan jantung tokoh musik Indonesia, Ireng Maulana," tulis Gontha. Kemudian, informasi serupa juga disampaikan akun resmi Java Jazz Festival. "Selamat jalan legenda jazz Indonesia, Ireng Maulana."


Ireng Maulana © Twitter @JavaJazzFestIreng Maulana © Twitter @JavaJazzFest

Ireng Maulana lahir di Jakarta 15 Juni 1944 dari pasangan Max Maulana dan Georgiana Sinsoe. Musik mendarah daging dalam keluarga tersebut. Meski bukan musisi profesional, ayahnya seorang pemain gitar sedang ibunda pandai berpiano. Dari keluarga ini, yang lebih dulu terkenal sebagai musisi adalah sang kakak, Kiboud Maulana.

Sebelum menekuni jazz secara profesional, Ireng justru bergabung di band aliran rock. Pada 1957, Ireng dan Kiboud menjadi anggota band Leading Star yang dikomandani Soedjarwo, seorang karyawan kantor imigrasi Jakarta.

Band ini bahkan menelurkan album pada 1960 dan punya lagu-lagu hits seperti "Suara Undangan", "Buana Sera", dan "Cangkurileung". Namun, sebelum berkembang Leading Star malah vakum lantaran personelnya sibuk dengan proyek pribadi. Band ini pecah jadi dua dengan aliran yang berbeda; Quinta Band (jazz) dan Young Boys (rock).

Syahdan, Yamin (Ceng Li) Widjaya bersama Bing Slamet membentuk band baru, Eka Sapta. Ceng Li adalah ayahanda Indrawati Widjaya atau Acin, pimpinan Musica Studio. Selain merekrut Idris Sardi, Ireng dan Kiboud juga bergabung dengan band tersebut. Eka Sapta menelurkan hit-hit pada 1960-an seperti "Burung Kucica", "Tanda Tanya", "Kasih Remaja", "Sampai Akhir Hayat", "Pohon Beringin", "Rintihan Kalbu", hingga "Dewi Amor".


Ireng Maulana © KapanlagiIreng Maulana © Kapanlagi

Kesohoran Eka Sapta band ini jadi duta Indonesia di luar negeri. Rezim Orde Lama mengutus personel Eka Sapta, Benny Mustafa dan Ireng Maulana menjadi duta di paviliun Indonesia di acara New York's World Fair.
Karier musik Ireng tak berhenti sebagai pemain band. Ia kian menekuni jazz dan bahkan belajar hingga ke Amerika Serikat memperdalam permainan gitarnya.

Pada 1978, Ireng mendirikan grup Ireng Maulana All Stars dengan delapan anggota, antara lain Benny Likumahuwa (trombone), Hendra Wijaya (piano), Maryono (saksofon), Benny Mustafa (drum), Karim Tes (terompet), Roni, (bas), dan ia sendiri pada gitar dan banjo.

Kelompok ini terus berkembang hingga terbentuk Ireng Maulana Associates, sebuah organisasi tempat bergabung para musisi jazz di Jakarta. Lewat lembaga ini pula Ireng menyelenggarakan pesta musik jazz internasional Jakarta Jazz Festival atau Jak Jazz. Selain itu ia juga pernah ikut tampil di North Sea Jazz Festival di Belanda.

Tahun lalu ajal lebih dulu menjemput sang kakak, Kiboud. Ia meninggal Juni 2015 akibat komplikasi penyakit diabetes. Selamat jalan sang legenda, Ireng Maulana...


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(sto/frs)

Rekomendasi
Trending