Diterbitkan:
Kembali ke tahun 80-90-an di mana sebuah lagu banyak bermuatan kritik sosial yang nyaris mendominasi. Dengan lugasnya mereka menyuarakan sajak kritik tersebut meski bahaya siap mengancam. Semasa orde baru banyak pencekalan lagu yang dilakukan terlebih lagu protes untuk pemerintahan.
Pun begitu tak menyurutkan para musisi untuk membuat lagu yang membangunkan masyarakat bahwa negara ini sedang tidak baik-baik saja. Keseharian yang mereka rasakan membuat para musisi ini meluapkan apa yang tengah terjadi untuk mencari sebuah solusi. Lantas bagaimana dengan era saat ini masihkah ada kepedulian sosial yang disenandungkan?
Lagu banyak cinta menyerbu dari radio hingga televisi, menyenandungkan pedihnya dikhianati atau indahnya ketiak jatuh cinta. Walau sebenarnya tak ada salahnya mengusung tema cinta, namun terkadang apa yang mereka berikan terlalu berlebihan.
Advertisement
Alasan tuntutan pasar menjadi hal utama mengapa mereka lebih menyukai membuat lagu cinta dibandingkan tema kritik atau sosial. Tak bisa doungkiri memang, lagu cinta lebih diminati oleh semua orang dibandingkan lagu bertemakan protes.
Namun masih ada musisi yang memekik keras dengan kondisi sosial dan menolak terbuai dengan tema percintaan. Namun mereka lebih memilih untuk berkibar di indie label yang memiliki idealisme yang masih belum terkontaminasi akan uang dan pasar.
Musik seperti mata pisau yang memiliki dua sisi, di mana bisa digunakan sebagai propaganda atau untuk memenuhi permintaan pasar. Telinga ini sekali-kali dikejutkan dengan lagu sosial yang membuat kita tergerak untuk memberikan perubahan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/faj)
Advertisement