Emha - Noe 'Sensitif' Soal Jihad dan Kafir

Kapanlagi.com - Dialog yang digelar oleh Emha Ainun Nadjib bersama Kiai Kanjeng dan juga putranya, Noe Letto, Senin (13/10), Pukul 15.30 waktu Leuwarden tepatnya, di ruang Auditorium Marchienes Geersing, Stenden University Leuwarden, banyak sekali menarik minat para pengunjung.

Dalam waktu singkat, dialog bertajuk 'Agama dalam Dunia Akademis' yang diselenggarakan oleh EXPECT atau semacam Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) di University Leuwarden, ini dipenuhi para undangan yang ingin mengikuti jalannya dialog yang dipandu oleh Emha Ainun Nadjib dan Noe Letto.

Dialog makin menghangat, nampak sekali bahwa para mahasiswa sangat penasaran terkait dengan pernyataan-pernyataan tentang jihad dan kafir yang ada dalam film Geert Wilderz. Acara ini menjadi semacam klarifikasi kata-kata sentral dalam Islam dan sensitif buat mereka.

Luis De Amoree, seorang warga negara Amerika Serikat, bahkan memiliki pemikiran bahwa apakah jihad dalam Islam sering menjadi awal pengesahan kekerasan?

Soal jihad, Cak Nun menjawab singkat, "Jihad adalah gabungan ke-berserahdiri-an (mujahadah) dan pengoptimalan potensi akal manusia (ijtihad) dalam menggapai kemaslahatan. Dalam meniti jalan ini pasti akan ditemukan pertarungan-pertarungan nilai."

Selanjutnya, Noe melengkapi, "Jika Anda mengenal jihad adalah pertarungan atau peperangan, maka pertarungan terhebat adalah melawan nafsu dan mengontrol diri sendiri. Dengan demikian mampu mengendalikan nafsu merupakan kemenangan jihad terbesar".

Bagi Cak Nun dan Noe, kafir bukanlah kalangan 'non-believer'. Kafir adalah orang yang menutupi hatinya, menutupi kebenaran. Dengan demikian jangan dianggap orang yang menutupi hatinya dan menutupi kebenaran sama sekali tidak terdapat dalam pribadi-pribadi yang mengaku sebagai Islam.

Untuk itulah, tidak ada identitas permanen sebagai mukmin, sebab ketika seorang mukmin berbelok, dia akan kehilangan mukminnya bahkan terkadang menjadi kafir.