Diterbitkan:
"Beritanya nggak betul itu, bisa tanya ke rekan-rekan media yang lain, buktinya kenapa kita bisa ada di media cetak, tayangan, radio," ungkap Benny, manajer SMASH saat dihubungi melalui telepon, Selasa (07/06/2011)
"Mungkin ini masalah relationship dan bisnis ya.. kalau ditanya masalah ini awalnya harus dilihat dari mana, awalnya itu dari soal foto royalty. Lebih ke masalah pemahaman bisnis yang belum sama. Harusnya ngobrolnya bukan dari tim redaksi, harusnya dengan tim marketing," sambungnya.
Sebelumnya muncul gosip yang mengungkapkan kalau wawancara dengan SMASH harus setor Rp20 juta, begitupun untuk mengambil gambarnya. Pihak SMASH sendiri tidak membantah, kalau memang urusan penggunaan image harus bayar sesuai dengan kontrak.
Advertisement
"Jadi kita nggak pernah minta bayaran untuk foto cover, majalah, atau tayangan. Tapi, jika imej kita dipakai, diperjualbelikan dan ada nilai uangnya, ya kita minta royalty kita, wajar dong. Buat kita sama media itu temenan, relationship. Tapi kalau ada nilai bisnisnya, ya kita pasti beda lagi perjanjiannya," tegasnya.
Benny mencontohkan untuk foto yang hendak diperjualbelikan, dibuat addic value untuk sebuah produk atau iklan, harus diketahui terlebih dahulu oleh management. Karena memang akan bermuatan bisnis di dalamnya.
"Kalau tiba-tiba diperjualbelikan wajar dong kita nanya. Kalau sekedar foto buat cover dan berita yang hubungannya dengan redaksional, gak mungkin minta bayaran," tegasnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/ato/dar)
Advertisement