Rekam Jejak Rhoma Irama: Keren-nya Sang Raja Dangdut

Penulis: Girindra Permana Cahya

Diperbarui: Diterbitkan:

Rekam Jejak Rhoma Irama: Keren-nya Sang Raja Dangdut Rhoma Irama © istimewa

Kapanlagi.com - Pasti tak sedikit di antara kalian yang bertanya-tanya 'dari mana sih keren-nya Rhoma Irama?'. Memang gak bisa disalahkan juga kalau kalian lebih akrab dengan popstar muda yang muncul pada beberapa tahun belakangan dan menganggap mereka lebih superior. Tapi, saya bisa bilang apa yang telah dijejakkan Rhoma Irama di industri musik tak kalah, bahkan melebihi mereka.


Beberapa waktu yang lalu, grup musik yang dibuat oleh Rhoma Irama, Soneta Group, masuk sebagai salah satu pemeriah acara Synchronize Fest 2016 yang digelar di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Menariknya, sudah cukup lama Soneta tak tampil, dan di acara tersebut mereka berbagi panggung dengan musisi-musisi indie lintas genre kenamaan.


Apa yang terjadi dalam Synchronize Fest tersebut bukanlah kejadian pertama untuk Rhoma dan Soneta. Menelisik jauh ke tahun 70 hingga 80-an, ayah dari penyanyi Ridho Rhoma ini berhasil meletakkan dangdut sejajar dengan musik rock. Selain itu, dangdut naik kelas menjadi musik yang diperhitungkan dan terbilang elit di Indonesia pada tahun-tahun tersebut.


Rhoma Irama kini, dalam acara press confrence Synchronize Fest 2016 © Kapanlagi.comRhoma Irama kini, dalam acara press confrence Synchronize Fest 2016 © Kapanlagi.com


Dalam blog yang dibuat oleh salah satu penulis serta pengamat musik Indonesia, Denny Sakrie, tercatat God Bless pernah sepanggung dengan Soneta Group pada tahun 1977. Bersama Ahmad Albar, Oma membawakan lagu Begadang serta lagu populer Duo Kribo, Neraka Jahanam.


Setelah era sejajarnya dangdut dan musik rock, Rhoma berdakwah lewat karya-karya musik Melayu-nya itu. Lirik-lirik yang berbasiskan agama ditulis dan berhasil populer sampai kira-kira pada tahun 2000-an.


Iyek dan Rhoma berduet di atas panggung © Foto: Majalah Aktuil edisi 1978Iyek dan Rhoma berduet di atas panggung © Foto: Majalah Aktuil edisi 1978


Jelas apa yang dicatatakan Rhoma bukanlah hal yang sepele. Sebelumnya di tahun 70-an awal, frontman dari grup rock, Giant Step, Benny Soebarja sempat mengatakan musik dangdut adalah musik (maaf) t*i anjing. Bahkan panggung Soneta sampai di kencingi oleh seorang rocker.


Mendapatkan hal-hal tak mengenakkan, Rhoma masih tetap konsisten berkarya. Dari 1973 sampai 1981, satu album Soneta keluar tiap tahunnya. Di album MUSIK, Rhoma menyuarakan isu-isu pluralisme yang berkaitan dengan perbedaan interest seseorang pada genre musik dalam lirik yang mendinginkan hati.


Unsur-unsur rock pun mulai dimasukkan dalam karya Soneta grup di album SANTAI yang rilis tahun 1977. Suguhan riff-riff ala Led Zeppelin dan Deep Purple dapat kita dengarkan khususnya dalam lagu Santai. Bicara soal tampilan, beberapa kostum Rhoma dengan baju ala Elvis Presley berwarna hitam yang memperlihatkan bulu dadanya membuat saya teringat dengen sosok Gene Simmons, frontman Kiss tanpa face paint. Apakah ini salah satu aksinya mengawinkan musik rock dengan dangdut?


Setelah perdamaian antara 'musik dangdut dan rock' lewat langkah yang dibuat Rhoma, Denny Sakrie mengatakan bahwa penggemar musik rock pada tahun itu bisa jadi juga menyukai musik dangdut, begitu pula sebaliknya. Tentu itu sangat berbeda dengan citra musik dangdut sekarang yang terkesan sebagai musik milik masayarakat kelas C dan D.


Rhoma Irama buat musik dangdut naik kelasRhoma Irama buat musik dangdut naik kelas


Meskipun tak menghentak seperti halnya musik punk atau metal, sisi rebel juga ditunjukkan oleh Raden Haji Oma Irama tersebut. Terciptanya karya seperti Judi, Hak Azazi, Sumbangan dan lain-lain bisa bukti. Akibat karya-karya tersebut, ia sempat diboikot tampil di TVRI selama 11 tahun yang mana pada saat itu adalah zaman pemerintahan Orde Baru.


Penyanyi kelahiran Tasikmalaya berusia 69 tahun tersebut mendapatkan banyak gelar karena langkah-langkah yang dibuatnya. Di tahun 2002, ia mendapat gelar Musisi Legendaris dari AMI Awards. Ia juga sempat mendapatkan gelar honoris causa dari America University of Hawaii yang sempat menjadi kontroversi saat ia berencana nyalon sebagai presiden.


Makin ke sini, makin banyaknya alternatif genre untuk pendengar yang membuat musik dangdut semakin tergeser. Citra musik dangdut masih berjalan begitu-begitu saja. Sensasi dan sensasi membuat dangdut semakin terkesan receh. Padahal jika kita lihat jejak dari Rhoma Irama, bukankah ini bisa jadi pride tersendiri buat kita sebagai masyarakat Indonesia?


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/otx)

Rekomendasi
Trending