Diterbitkan:
Karena itu saat band yang ditukangi oleh Reuben Nathaniel, Mikha Angelo, dan Mada Emmanuelle ini bermain ke kota Malang, mereka pun menyempatkan diri untuk mampir ke kantor kami. Lewat wawancara singkat, mereka pun menceritakan banyak hal mulai dari tujuan mereka bermain ke Malang sampai serba-serbi dan cerita awal di balik pemilihan nama The Overtunes.
Oke, sudah siap? Kalau begitu, langsung kita simak di halaman-halaman berikutnya sama-sama yuk KLovers.
© KapanLagi.com/Natanael Sepaya
Apa Tujuan Kalian ke Malang, Promo Film Atau Hanya Single Saja?
Reuben: Ya dua-duanya sih.
Mikha: Jadi kebetulan single terbaru kita emang jadi soundtrack film (FABULOUS UDIN). Jadi kemaren sempet keliling-keliling bareng casts filmnya juga sih promoin film. Kemaren nobar-nobar ke bioskop sama ke sekolah-sekolah gitu sih, kalo ke media kayaknya baru KapanLagi.com®.
Ceritakan Pada Kami Awal Kenapa Cinta Adalah Bisa Terpilih Jadi Soundtrack
Reuben: Lagu ini udah ada dari sebelum dipake soundtrack film. Terus sebenarnya udah rekaman dari 2 tahun lalu buat lagu ini, pas bikin album pertama (SELAMANYA). Cuma mungkin karena dari konsep sound-nya, karena kita akustikan jadi nggak dimasukin di album pertama tapi di deluxe. Mungkin baru di situ kaya produsernya dari Star Vision lagi bikin film baru. Karena kita juga sempet main di film dia sebelumnya, NGENEST, mungkin dia pertama kali denger di situ, dijadiin soundtrack gitu. Cuma dulu pas rekaman pertama gak ada bayangan apa-apa bakal jadi soundtrack gitu.
Lalu, Cinta Adalah Sendiri Ingin Bercerita Tentang Apa?
Mikha: Nah, sebenarnya Cinta Adalah itu sesuai judulnya, cuma mendeskripsikan arti cinta yang mungkin, apa ya, mungkin arti cinta yang sebenarnya. Karena kita juga melihat lagu-lagu sekarang, orang-orang mendeskripsikan cinta itu sebagai permainan gitu lah, maksudnya cenderung lebih yang ke negatifnya dibanding positifnya gitu. Jadi di lagu ini kebetulan yang nulis liriknya Alam Urbach, di situ dia mungkin mendeskripsikan arti cinta yang lebih positif, cinta aslinya itu seperti apa.
Tentu Ada Benang Merah Antara Single Kalian dan FABULOUS UDIN. Menurut Kalian, Apa Itu?
Mikha: Pastinya ada (hubungannya) sih, karena FABULOUS UDIN itu kaya cinta antara sahabat-sahabat gitu kali ya. Mungkin dipilih jadi soundtrack juga karena lagu kita bukan cerita tentang cinta antara 2 orang banget gitu, tapi lebih ke cintanya itu sendiri. Makanya mungkin pas sama filmnya tentang anak masih SMP, SMP gitu. Jadi cinta antara teman-teman gitu sih. Buat aku sih pas-pas aja sama filmnya dan pesen filmnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
© KapanLagi.com/Natanael Sepaya
Cinta Adalah Ditulis Oleh Alam Urbach, Apakah Kalian Masih Meng-edit Atau Memodifikasinya Saat Lagu Tersebut Ada di Tangan Kalian?
Mikha: Lagu ini prosesnya paling beda sih mas dalam kita buatnya. Kalau lagu lain biasanya kita bikin di studio, di mana, atau di rumah gitu. Aransemennya gimana, terus take vocal gimana. Sementara lagu ini dulu kita langsung, ya dikasih lagunya itu dari Alam Urbach terus langsung kerjasama sama mas Stephan Santoso-nya Musikimia, jadi dulu bisa dibilang dia jadi produsernya di lagu ini, jadi sampai instrumentasinya juga dia yang kerjain dan semuanya dikerjain di studionya dia sih. Makanya bisa dibilang ini kita cuma take 1 hari, take vocal ini itu, jadi bisa dibilang beda, dari kerjasamanya paling banyak sama orang lainnya gitu.
Mada: Justru kita ngerasa kaya, wah ini beda sama lagu-lagu di album pertama kita.
Intensitas Bertemu Kalian Pasti Hampir Setiap Hari. Apa Sih Rumus Kalian Dalam Menciptakan Lagu Tanpa Merasa Jenuh?
Reuben: Kadang-kadang kalo aransemen tuh campuran antara imajinasi plus keterbatasan kita dalam membayangkan. Jadi kadang-kadang bisa ngebayangin tapi pas diaplikasiin ke musiknya susah, nyari-nyari sendiri. Atau kadang-kadang ngebayangin kita main bertiga sambil nyanyi, sambil main gitar bareng, atau main piano. Jadi kalau gak bisa dimainin, digimanain lah supaya bisa tetep nyampe pesennya, sebisa kita aja sih.
Mikha: Jadi kebayang lagunya dalem otak tuh kaya gimana, terus penyampaian kita di dunia aslinya gimana, gitu sih.
Lagu Cinta Adalah Bakal Masuk ke Album Baru Kalian?
Mada: Sebenarnya udah masuk ke extended version-nya dari album pertama kita gitu, jadi masuk ke dalam album namanya SELAMANYA+, di situ ada 3 lagu baru termasuk Cinta Adalah dan ada video-video yang belum pernah dirilis sebelumnya. Iya sih, kalo ke depannya konsep kita akan lebih daripada itu, aku rasa ini cuma jadi penjembatannya aja sih dari album pertama ke album kedua nanti.
Advertisement
© KapanLagi.com/Natanael Sepaya
By The Way, Kenapa Kalian Bertiga Memutuskan Untuk Memakai Nama The Overtunes?
Reuben: Karena pikiran anak SMP sih dulu.
Mikha: Iya, sebenarnya kita gak pernah mikir secara, ya kita mikirnya buru-buru aja karena kita pingin ikut kompetisi kecil-kecil gitu di toko buku. Terus lagi latian cover-cover gitu, Coldplay yang Fix You, terus ada bagian riff-nya gitu yang kita iseng-iseng terus, naikin terus (nadanya). Ya udah nama kita The Overtunes aja, sampai sekarang.
Reuben: Padahal kalau dalam musik tuh harusnya modulasi (sambil tertawa)
Mada: Cuma karena berhubung (Overtune) itu terms yang terkenal di masyarakat Indonesia, jadi ya udah kita pake aja.
Mikha: Cuma lucu juga sih kalo dulu sempet denger ada yang bilang, ya susah lah kalau mau dikenal kalau nama bandnya juga susah, bahasa Inggris lah, apa lah. Tapi sekarang sudah banyak yang membuktikan kalo itu nggak juga sih.
Lalu Kalau Boleh Tahu, Berapa Bayaran Yang Kalian Terima Saat Tampil Pertama Kali?
Mada: Jadi kalo pas awal-awal tuh, kita nyoba-nyoba, terus diundang temen Papa main di cafe gitu. Ya bayarannya awal-awal ya terima kasih aja, terus naik, naik, terus Papa pas kelas 3 SMP gitu Papa bilang, ya kalian at least kalian udah harus mulai dapetin penghasilan dikit. Habis itu kaya, pelan-pelan udah minta ke orang gitu ya, mulai 2,5 (juta). Cuma gak buru-buru gimana, akhirnya kita minta ya harga segan (sambil tertawa).
Mikha: Inget sih pas pertama kali tuh dulu kita tampil di temennya Papa itu punya acara, kita tampil doang. Terus ya itu, dikasih terima kasih, terus besok paginya gitu Mama ditelepon kalau gak salah sama orang yang nonton kemaren, terus nanya bisa gak tampil di Teras Kota siang ini? Terus kita semua bingung gitu, cuma akhirnya dibayar (sambil tertawa). Tapi yang pasti sih masih kaya band yang belum siap, siap, siap tampil gitu.
© KapanLagi.com/Natanael Sepaya
Industri Musik Sekarang Bergerak ke Era Digital, Tapi Kalian Sendiri Masih Merilis Album Sendiri. Menurut Kalian Sebagai Pelaku Musik, Apa Tanggapan Kalian Melihat Hal Tersebut?
Mikha: Ya, aku suka sih musik secara digital dengerinnya. Maksudnya ya emang sekarang CD player pun udah jarang banget. Maksudnya sampe sekarang gue streaming masih pake terus dan kalo aku sebagai pendengar sih emang gak ada masalah sama sekali, gitu. Kalo misalnya gak peduliin cerita di balik itunya (lagunya), gitu. Tapi kalau buat aku sebagai musisi sih, sekarang emang, ya kerjain aja, bikin lagu sebagus mungkin, terus nanti orang lain mau dengerinnya dengan cara gimana pun, yang penting lagunya nyampe.
Mada: Mungkin kalo dari sisi konsumen sih, aku juga sering streaming lagu. Tapi kalo kita ngeliat dari musisi-musisi lain dan kita sendiri yang mungkin pernah menjalani era sebelumnya gitu, buat mereka kayaknya agak sedikit, apa ya, kaya keanehan, kejanggalan gitu. Tidak punya sebuah karya yang ada gitu, bisa dipegang, bisa dipajang, bisa dihargai. Sebenarnya kalo aku pun jujur suka ngoleksi CD gitu, jadi dalam satu sisi, masih sempet ngeluarin CD-nya aja tuh udah sesuatu yang membanggakan gitu walaupun gak bisa sebanyak temen-temen musisi kita yang dulu.
Reuben: Cuma mungkin kalo sebagai musisinya, harusnya mungkin output-nya (secara digital) bisa jadi lebih banyak. Kalo sekarang orang tinggal bikin lagu terus upload udah selesai.
Lalu Kalian Masih Setuju Kalau Rilisan Fisik Itu Masih Penting?
Mikha: Sebenarnya yang kurang dari digital dan masih kalah dari CD itu emang bukunya, sleeve-nya itu. Karena itu ngebantu apa yang pingin kita (musisi) kasih tahu tuh ditulis di situ, terus kaya thanks to-nya, players-nya, kaya-kaya gitu. Mungkin itu yang menurut aku kurang di digital.
© KapanLagi.com/Natanael Sepaya
Tadi Ngobrol Dengan Para Overtunis (Sebutan Fans), Katanya Kalian Hapal Nama Mereka Masing-Masing, Baca, Sampai Membalas DM, Benar?
Reuben: Kalo kita malah jadi keluarga. Ketemu di kota mana gitu, bisa ketemu orang-orang ini, bisa ketemu orang-orang yang lain yang sama. Mereka dateng terus. Ya kita bisa jadi temen mereka, mempengaruhi mereka. Jadi kadang-kadang kita ngeri juga sih kalo kita ngasal ke mereka, terus mereka nggak belajar apa-apa dari kita. Karena beberapa dari mereka ada yang dateng ke kita dapet inspirasi, dapet pencerahan gitu. Sebisa mungkin kita juga jadi contoh yang baik.
Mada: Ya kalo kita sih menganggap mereka lebih dari sekedar temen, pastinya. Udah dari pertama kali kita bikin band, maksudnya udah sedikit dikenal publik gitu kita sadar gimana fans itu harus bener-bener dirawat, diajak sebagai temen banget, diajak ngobrol. Dan kita bertiga setuju untuk menghapal nama-nama mereka juga sih. Karena aku rasa kalau tiap kali mereka pergi nonton kita, di kehidupan masing-masing mereka punya peranan penting juga. Jadi kita bisa meng-influence mereka secara baiknya gimana, dan kita juga berharap mereka punya pertemanan dan persahabatan yang baik, komunitas yang besar juga. Mungkin mereka punya sisi kreatif lainnya juga yang bisa mereka kasih ke Indonesia, kita nggak tahu.
Mereka Juga Sudah Punya Rencana Ingin Membuat Konser Khusus Untuk Kalian. Menurut The Overtunes?
Mada: Ya sebenarnya kita pengen banget, gitu. Cuman, kita dalam satu sisi kita menyadari mereka ini baru fanatik gitu ya, mereka yang baru ngikutin kita ke mana-mana gitu, belum yang, ya masih ada yang ngumpet gitu, masih ada Overtunis yang ngumpet. Dan gue rasa itu, dengan ngeliat mereka yang dateng baru segini tuh, belum cukup untuk mengejar itu, belum cukup dewasa untuk itu (membuat mini konser).
Mikha: Soalnya kalo dari dulu mereka udah pingin, setiap kita dateng ke kota mana gitu, mereka selalu pingin kita bikin mini konser gitu buat ngumpulin semua Tunis di Indonesia paling nggak. Terus dari dulu aku tuh udah kepingin banget, terus mereka tuh kan kaya punya pemimpin gitu di setiap kota, jadi mereka juga udah sering ngomongin pengen bikin acaranya. Cuma ya, walaupun kita pengen banget, cuma kita juga masih pengen bikin lagu-lagu yang lebih bagus deh. Buat, paling nggak, kalo pun bikin mini concert pun cuma, biar jadi gathering yang seru banget gitu sih. Biar kita ngerasa pantes juga lah udah punya fans yang besar, itu sih.
© KapanLagi.com/Natanael Sepaya
Melejit Lebih Dulu, Sulit Menutup Mata Kalau The Overtunes Memang Identik Dengan Sosok Mikha. Bagaimana Kalian Melihat Hal Seperti Itu?
Reuben: Ya nggak masalah sih
Mikha: Gue masalahnya (sambil tertawa). Sebenarnya males sih dari dulu emang, ya walaupun bukan masalah besar juga sih, ya bisa dimaklumin juga ya, apalagi gosip gitu. Cuma ya kadang-kadang kesel juga sih, apalagi kalau gosip gitu, malah kalo ngomong ke mereka (The Overtunes), 'Ben, lo sekali-sekali lo harus ngerasain masuk TV' karena gosip-gosip gitu. Ya kesel sih, cuma gak pernah jadi masalah sih.
Reuben: Ya kita juga main musik bukan mau jadi orang yang gimana-gimana gitu sih. Kadang-kadang itu pikiran kita yang sesat ya, kecewa. Tapi tanggung jawab kita juga ngasih musik yang bagus gitu, jadi ya kadang-kadang juga harus ngingetin diri sendiri juga sih kalo ada sombong-sombong gitu.
Lalu, Apa Rencana Kalian Untuk Berikutnya?
Mada: Pastinya bikin lagu-lagu yah, beberapa bulan ke depan bakal fokus ngerjain album. Nah album kedua kita bikinnya, kita bener-bener lebih banyak, lebih dominan lagi, karakter kita lebih keluar lagi, lebih dewasa lagi. Yang pastinya secara skill, pengalaman, dan mental juga kita udah ngalamin semua, jadi ya harusnya album kedua bisa lebih matang dari album kedua.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/ntn)
Advertisement