Band Rock Montecristo 'Suarakan' Kerusakan Alam dan Bencana Aceh

Penulis: Natanael Sepaya

Diterbitkan:

Band Rock Montecristo 'Suarakan' Kerusakan Alam dan Bencana Aceh Montecristo © KapanLagi.com/Dedi Rahmadi

Kapanlagi.com - Musik bergenre rock kembali bergelora di blantika musik Indonesia. Belakangan, penikmat musik Tanah Air selalu disuguhkan musik mainstream seperti pop, baik di media televisi maupun digital.


Band progresif rock, Montecristo merilis album berjudul A DEEP SLEEP menjelang akhir tahun 2016. Dalam album keduanya, band yang diawaki oleh Eric Martoyo (Vokal), Rustam Effendy (Gitar), Fadhil Indra (Keyboard), Haposan Pangaribuan (Bass Gitar), Alvin (Gitar) dan Keda (Drums) ini menyuarakan kerusakan alam dan bencana di Nangroe Aceh Darussalam.


Montecristo rilis album debutnya, 'A DEEP SLEEP' © KapanLagi.com/Dedi RahmadiMontecristo rilis album debutnya, 'A DEEP SLEEP' © KapanLagi.com/Dedi Rahmadi


"Di album ini ada lagu berjudul Nanggroe, lagu itu sebenarnya tentang bencana tsunami 2004 lalu. Namun hari ini saudara kita di Aceh kembali diberi cobaan bencana gempa, kami turut berduka cita," ujar Fadhil di Hard Rock Cafe, Jakarta Selatan, Rabu (7/12).


Sementara itu Eric menuturkan, ada lagu berjudul Alexander yang terinspirasi dari kehebatan Alexander The Great. Bukan hanya strategi perang, lanjut Eric, tetapi membawa pencerahan bagi manusia.


"Lirik lagu ini saya buat waktu bernapak tilas sisa peninggalan Alexander di Alexandria. Kemudian ada lagu Mother Nature, tentang hutan di Kalimantan, kampung saya, menjadi tandus digerus modernisasi dan globalisasi," kata Eric.


Montecristo bawa kembali suara dari tragedi bencana tsunami Aceh tahun 2004 lalu dalam lagu 'Nangroe' © KapanLagi.com/Dedi RahmadiMontecristo bawa kembali suara dari tragedi bencana tsunami Aceh tahun 2004 lalu dalam lagu 'Nangroe' © KapanLagi.com/Dedi Rahmadi


Kemudian, kata Eric, ada lagu tentang Stephen Hawking berjudul The Man in a Wheelchair. Ada juga lagu berjudul Rendezvous, mengisahkan tentang perpecahan di suatu komunitas namun musik dapat menyatukan mereka.


"Persatuan dalam perbedaan, Bhinneka Tunggal Ika!" tegas Eric. Album ini juga didedikasikan kepada Andy Julias, musisi yang berjasa memajukan progresif rock di Indonesia lewat komunitas yang meninggal pada 17 Februari 2016.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/ded/ntn)

Reporter:

Dedi Rahmadi

Rekomendasi
Trending