Kemasan Album Anti Mainstream, Dari Pocong Hingga Batu Meteor

Penulis: Fajar Adhityo

Diperbarui: Diterbitkan:

Kemasan Album Anti Mainstream, Dari Pocong Hingga Batu Meteor
Kapanlagi.com - Kreativitas bisa dari mana saja, termasuk di dunia musik yang tak terpaku pada penggarapan lagu saja. Cover sebagai bahasa visual kini mendapat perhatian lebih oleh para musisi.


Dengan penggarapan yang serius serta konsep yang unik, para musisi ini mencoba memberikan sebuah terobosan dalam perilisan fisik. Kemasan mika persegi atau digipack yang membosankan kini menjadi kemasan yang unik dan menjadi buruan para kolektor.


Bagi para pecinta musik atau kolektor ada kebanggaan tersendiri memiliki rilisan dengan kemasan yang bisa dibilang anti mainstream. Selain semakin langka, rilisan ini juga berpengaruh pada nilainya yang bakal semakin melambung mahal suatu saat nanti.


Penasaran seperti apa kemasan CD yang tidak biasa ini? Simak keliaran musisi ini dalam menggarap kemasan album.

1. Mistisnya Punkasila

Kemasan CD yang sangat horor dan menakutkan dari pengusung art punk asal Jogja, Punkasila. Mereka membungkus kemasan CDnnya seperti sebuah pocong.

Ternyata pocong dalam kemasan album CRASH NATION ini memiliki filosofi tersendiri yang berkaitan dengan lagu yang dibuat. Rangkaian peristiwa dan bencana yang terjadi di Indonesia diangkat sebagai tema dalam album ini. Lantas apa hubungannya dengan pocong?

Pocong oleh Punkasila dilambangkan sebagai sosok mistis dan menyeramkan. Korelasi dengan bencana sendiri diangkat dari fenemoena orang Indonesia yang selalu mengaitkan hal apapun dengan kejadian mistis. Tsunami Aceh yang dikaitkan dengan kutukan Tuhan akan maraknya pornografi di Indonesia, Keangkeran Gunung Salak yang dipercaya menghisap pesawat Sukhoi, serta awan berbentuk Petruk saat gunung Merapi meletus disimbolkan sebagai kemarahan Mbah Petruk penunggu kawah atas buruknya pemerintahan di Indonesia dan banyak lagi fenomena seperti ini.

Punkasila seakan menyadarkan kita yang selama ini hidup dalam bayang-bayang mistis. Sementara di luar sana sebuah ketakutan yang nyata bernama pemerintah tengah merongrong kehidupan kita. Album ini adalah kemasan protes yang provokatif dan cerdas.

CD ini dirilis sangat terbatas, mungkin saat ini sudah sulit untuk didapatkan. Meski dirilis pada tahun 2012, jikalau ada mungkin harganya sudah sangat mahal.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Zoo, Kemasan Batu Granit Pertama di Dunia

Sebagai kota seni, Jogja memang pantas diakui karena banyak musisi unik dan nyetrik bermuculan di sana. Pola pikir nyeleneh ini ternyata berpengaruh dalam pengemasan album.

Seperti yang dilakukan oleh Zoo pada album keduanya yang bertajuk PRASASTI. Sesuai dengan tema albumnya, pengusung eksperimental rock ini menggunakan batu granit sebagai kemasan albumnya. Batu seberat 1,7 Kg ini dibentuk persegi dan pada tengahnya adalah lempengan logam stainless steel bertuliskan nama band dan judul album. Seolah ini adalah sebuah prasasti yang diukir oleh Zoo untuk memetakan keberadaan musiknya dan akan dikenang sepanjang masa.

Di dalam batu granit tersebut berisikan CD serta selembar kertas daur ulang berisikan lirik lagu yang dicetak dengan menggunakan teknik saring. Harga CD ini cukup mahal untuk pasaran pada umumnya karena dibanderol Rp 150.000.

Namun kamu tak akan menyesal mengeluarkan uang sebesar itu karena CD ini dicetak terbatas hanya 200 copy dan hand numbered di kertas liriknya. Selain itu kemasan album seperti ini belum pernah ada di dunia!

3. Album Suri Berbonus Batu Meteor

Ranah indie memang selalu menyegarkan. Tak hanya musik, konsep album yang ditawarkan selalu unik dan berbeda. Seakan menjadi sebuah perlombaan dalam berkreativitas tanpa harus bersaing secara kotor, musisi ini memberikan yang terbaik untuk penggemarnya.

Trio stoner/psychedlic rock asal Jakarta, Suri membuat sebuah persembahan untuk penggemarnya. Mereka merilis album dengan kemasan yang sangat keren dan patut untuk dikoleksi.

Boxset vinyl 12 inchi dari kotak kayu yang terlihat elegan ini berisikan sebuah tape, totebag, serta sertifikat kepemilikan. Tak hanya itu, di dalamnya juga berisikan sebuah batu meteor dari Nantan, Cina. Paket ini dibanderol dengan harga Rp 650.000 dan hanya dibuat sebanyak 50 copy.

Album SPACERIDER ini dirilis bertepatan dengan Record Store Day yang digelar kemarin pada 19-20 April. Tak membutuhkan waktu lama, album ini pun sudah ludes di pasaran, bahkan rumornya ada yang berani melepas dengan harga yang lebih dari semula.

4. Kemasan Bedak Vintage ala Frau

Jogja memang tak ada habisnya dalam mengemas album agar membuat orang tertarik untuk membelinya. Meski album HAPPY CODA milik Frau telah dirilis secara gratis di internet, namun penjualan album fisiknya juga tetap kencang.

Awalnya solois asal Jogja ini hanya merilis buku partitur  tanpa album fisik. Dia pun bekerja sama dengan label online, yesnowave.com untuk pendistribusian albumnya secara gratis. Namun karena permintaan dari fans yang tak hanya dari kalangan orang muda dan awam dengan mengunduh lagu, membuat Frau pun merilis format fisiknya.

Kemasan fisik HAPPY CODA pun sangat unik, mengingatkan akan kemasan bedak zaman dahulu. Selain CD di dalamnya juga berisikan artowrk-artwork berkaitan dengan lagunya. Paket CD ini juga dilengkapi dengan buku partitur.

Mengenai buku partitur ini, Frau mencoba mengajak penggemarnya bermain-main dengan lagunya. Dia membebaskan semua orang memainkan atau menggubah lagunya ke dalam bentuk lain. Sebuah cara baru yang bagus dan belum pernah dibuat oleh musisi di Indonesia.

5. The Frakestone Kemasan Hotwheels

Mobil-mobilan Hotwheels yang tengah populer juga menginspirasi dalam pengemasan album dari band punk rock asal Jogja, The Frakenstone. Selain unik, kemasan ini juga bertujuan untuk menjadi koleksi bagi para penggemarnya.

Stoned Without A Dope, sebuah label indie asal Malang berhasil menjawab tantangan dari The Frakenstone. Mereka meminta agar albumnya dirilis dengan cara yang unik dan berbeda, alhasil kemasan Hotweheels yang dipilih untuk album yang dirilis dalam format tape tersebut. Pemilik label juga memiliki tujuan lain, bahwa kemasan tape bisa dikreasikan secara bebas dalam pengemasannya dan tak terpaku pada box mika.

Meski album ini telah dirilis secara digital melalui Yesnowave.com, namun penjualan dengan kemasan spesial ini tetap diburu. Album yang dirilis terbatas 25 copy dan hand numbered ini ludes dalam waktu kurang lebih seminggu.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/faj)

Editor:

Fajar Adhityo

Rekomendasi
Trending