Jazz Gunung 2015, Memadukan Jazz Dengan Etnik dan Tradisional

Penulis: Sanjaya Ferryanto

Diperbarui: Diterbitkan:

Jazz Gunung 2015, Memadukan Jazz Dengan Etnik dan Tradisional Jazz Gunung 2015 @Foto Facebook Jazz Gunung
Kapanlagi.com - Jazz Gunung 2015 resmi ditutup. Pergelaran musik jazz bertaraf internasional ini telah selesai dilaksanakan dari tanggal 12-13 Juni 2015, and the result? Satisfaction.


Bertempat di Java Banana Bromo Lodge, Cafe & Gallery, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jazz Gunung yang digagas oleh Sigit Pramono, Butet Kertaradjasa, serta Djaduk Ferianto ini telah memasuki tahun ketujuh. Sejak kelahirannya, Jazz Gunung konsisten meningkatkan apresiasi terhadap musik jazz etnik Nusantara, lewat perpaduan bunyi tradisi Indonesia dengan musik modern yang sejalan dengan tujuan dan semangat Jazz Gunung.


Hal tersebut dibuktikan oleh para penampil dalam Jazz Gunung. Swing Boss Jazz membuka Jazz Gunung 2015 dengan menghadirkan aransemen segar dari lagu daerah dalam format jazz. Selain itu, mereka juga menyajikan lagu-lagu bertema nasionalisme, seperti Dari Sabang Sampai Merauke dan Kebyar-kebyar, dibawakan dengan versi jazz tentunya.


Selain lagu nasional, ada sajian yang tidak kalah seru dari penampil lainnya. Adalah Malacca Ensemble, mereka membawakan musik melayu yang saat ini sudah jarang terdengar secara luas di berbagai media.


Meski baru lagu pertama, Malacca Ensemble sudah mendapat sambutan meriah dari para pengunjung. Komposisi lagu berjudul Patam-Patam hasil adaptasi silat Melayu yang mereka tampilkan dengan tempo cepat ternyata sukses menyihir para pengunjung dan berdecak kagum.


Jazz Gunung 2015 Memberikan Kesan Mendalam Bagi Para Penonton @Foto Facebook Jazz GunungJazz Gunung 2015 Memberikan Kesan Mendalam Bagi Para Penonton @Foto Facebook Jazz Gunung


Selain Swing Boss Jazz dan Malacca Ensemble, ada pula penampilan beberapa musisi yang sudah dikenal luas, seperti Tohpati serta Nita Aartsen. Dua penyanyi muda, Tulus dan Andien ikut mengisi gelaran di tahun 2015 ini.


Tulus sendiri mengaku jika dia ketagihan. Penyanyi dengan single Sepatu itu terkesima dengan panorama kaki Gunung Bromo. Tak hanya sekadar manggung, Tulus seperti mendapatkan sensasi lain di panggung Jazz Gunung.


Selain musik, sudah menjadi tradisi dalam Jazz Gunung untuk menggelar pameran yang mengangkat kesenian dan kebudayaan tradisional. Tahun ini tema yang diangkat adalah 'Batik, Glorifying Life' karya Dudung Alisyahbana yang dapat dinikmati di Java Banana Art Gallery selama acara Jazz Gunung.


Walau telah usai, masih ada sebuah janji dari Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari, S.E. yang layak ditagih untuk acara Jazz Gunung berikutnya. "2016 saya berjanji untuk menghormati para pengunjung Jazz Gunung, tidak ada lubang di jalan," ungkap sang bupati wanita termuda se-Indonesia disambut sorakan meriah dari para pengunjung.


Sebuah janji yang layak kita tunggu dan apresiasi, apalagi jika melihat potensi Jazz Gunung yang tiap tahun semakin besar. Namun terlepas dari segala kekurangan, acara ini tetaplah mempunyai kesan positif dari setiap penonton. Sangat layak dinantikan untuk tahun berikutnya!


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/frs)

Rekomendasi
Trending